Asal Peradaban Jawa dari Raja Medangkamulan yang Literasikan Peradaban Kuno, Jawadwipa

- 2 September 2020, 21:42 WIB
Panorama indah saat dipotret dari kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Artikel tentang asal usul budaya di Jawa
Panorama indah saat dipotret dari kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Artikel tentang asal usul budaya di Jawa /indonesia.travel

SEMARANGKU - Pulau Jawa merupakan salah satu pulau besar di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu juga merupakan pulau yang padat penduduknya serta mau peradabannya.

Zaman sejarah Jawa berawal dari sejak tanggal 1 Srawana tahun 1 Saka (7 Maret 78 Masehi). Sejak saat itulah zama prasejarah Jawa berakhir.  Pergantian zaman itu menandai terjadinya reformasi kebudayaan Jawa, dari budaya lisan dan mendengarkan bertambah engan budaya tulis dan membaca.

Berarti pula tumbuhnya kreativitas dan kemampuan perseorangan dalam belajar menulis dan menciptakan untuk menuangkan gagasa menjadi sebuah karya baru, sebuah dokumen yang dapat diwariskan sepanjang masa.

Baca Juga: Karimun Jawa Bisa Jadi Contoh Destinasi Wisata Ramah Lingkungan Kata Ganjar Pranowo

Baca Juga: BLT Otomatis Masuk Rekening Jika Kamu Melakukan 4 Hal Ini!

Model grafis (bentuk guratan tulisan) sebanyak 20 aksara: ha-na-ca-ra-ka-da-ta-sa-wa-la-pa-dha-ja-ya-nya-ma-ga-ba-tha-nga, yang konon diciptakan oleh Empu Sengkala, pemimpin rombongan pertama Brahmana bangsa Hindu atau India yang kemudian bermukim di Tanah Jawa hingga hampir satu abad lamanya.

Berkat jasa dalam meningkatkan peradaban baru itu, oleh rakyat Jawa ia diangkat menjadi Raja Medangkamulan dengan gelar Prabu Silih Wahana, artinya raja yang mengubah keadaan (zaman).

Sang Prabu yang bijaksana itu berkenan pula mempelajari ilmu pengetahuan asli Jawa Purba, ‘Pranata Mangsa,’ yang telah berabadabad dihayati oleh rakyat Jawa secara turun-temurun dalam bahasa lisan (ujaran).

Baca Juga: Ulama Malaysia Dianggap Menghina Budaya Jawa Setelah Menonton Lathi

Baca Juga: Menaker Ungkap 2 Alasan yang Menyebabkan BLT Tidak Cair!

Dia pun berkenan melestarikan ilmu pengetahuan asli (perenial) itu dalam bentuk tulisan, dengan menggunakan aksara Jawa hasil ciptaannya sendiri.

Hasil penulisan awal yang dikerjakan oleh para pralebda Jawa (para ahli dibidang ilmu pengetahuan) yang dibimbing oleh para ahli bangda Hindu sebagai konsultan bahasa tulis-menulisnya, ilmu pengetahuan Pranata Mangsa tersebut akhirnya tertuang menjadi Serat Pranata Mangsa.

Sebagai seorang Raja, hasil karya tulis para ahli keratin adalah persembahan baginya. Serat Pranata Mangsa itu kemudian ditetapkan mulai berlakunya terhitung sejak Sukra Manis (Jemuah Manis/Jumat legi).

Baca Juga: Svarga Bumi Viral di Medsos, Destinasi Wisata Sawah Modern Dekat dengan Candi Borobudur

Baca Juga: Melihat Sisi Lain dari Lumpur dan Duri

Hari pertama, bulan pertama (Srawana), dan tiang pancang atau tonggak pertama (Saka) diberlakukannya Pranata Mangsa tertulis itu, menjadi pertanda zaman peradaban baru Jawa yang abadi.

Sebagai kenangan atas jasa Prabu Silihwahana maka peristiwa bersejarah tersebut, rakyat Jawa memberi gelar kepada rajanya Sang Aji Saka, artinya ‘Yang Termulia Raja Penancap Tonggak Pertama.’ Sejak itu, kisah-kisah dongeng lisan berbahasa Asli Jawa Purba (Jawadwipa) mulai ditulis.***

Baca Juga: Mata Langit di Magelang Lagi Viral, Ganjar Pranowo Bisa Lihat Enam Gunung dan Candi Borobudur

Sumber : Buku Mitologi Jawa Pendidikan dan Etika Tradisional karya Drs. Budiono Herusantoto terbitan Penerbit Narasi

Editor: Heru Fajar

Sumber: Buku Mitologi Jawa Pendidikan dan Etika Tradisional


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah