SEMARANGKU - Api Abadi Mrapen Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan mati selama sekitar 6 bulan. Rencananya, api akan dinyalakan secara manual, Selasa 20 April 2021 besok. Sudah tidak alami lagi?
Api Abadi Mrapen merupakan fenomena dari gas alam yang secara alamiah menembus permukaan dan terbakar. Sayang, fenomena alam yang langka tersebut terganggu hingga padam karena ada pengusaha minimarket di sekitar Mrapen yang membuat sumur.
Akibat pembuatan sumur tersebut, jalur gas di bawah tanah yang terbentuk secara alami, bocor. Membuat Api Abadi Mrapen tidak bisa menyala lagi.
Baca Juga: Evaluasi PTM di Jateng, Ganjar Pranowo: Siswa Sudah Tertib Justru Guru yang Masih Ngeyel
Baca Juga: SMAN 1 Gondang Sragen yang Jadi Klaster Sekolah, Ternyata Tak Masuk Daftar Uji Coba PTM di Jateng
Kini, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng coba menyalakan Api Abadi Mrapen lagi. Meski masih memanfaatkan gas yang terbentuk secara alami, tapi jalur gas Mrapen sudah diganti.
Kepala Dinas ESDM Jateng Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan, pihaknya berupaya melakukan berbagai langkah untuk menyalakan api di Mrapen.
"Kami secara teknis, berupaya keras dari bulan Februari, Maret, April. Atas petunjuk dan dukungan kuat dari bapak Gubernur (Ganjar Pranowo)," paparntya, Senin 19 April 2021.
Baca Juga: Jozeph Paul Zhang Ngaku Jadi Nabi ke 26, Begini Sikap PBNU
Baca Juga: Tertarik Jalin Kerjasama Bisnis dengan UMKM Jateng, Dubes Ceko Cari Distributor
Dijelaskan, akumulasi gas yang terjadi di suatu tempat terjadi karena rangkaian panjang dari perjalanan sumber gas yang jauh dari permukaan bumi.
Adapun formasi batuan bagian dari zona stratigrafi lembah Randublatung yang memanjang dari sebelah timur Semarang sampai jauh di selatan Madura.
Zona ini merupakan zona depresi bertekanan tinggi dan memiliki tekanan kompresi yang begitu kuat. Sehingga lapisan batuan di bawahnya selalu bertekanan.
Baca Juga: Duta Besar Ceko Kunjungi Jateng, Ganjar Pranowo Pertemukan dengan Pelaku UMKM Kota Semarang
Baca Juga: Menaker Himbau Pekerja dan PMI Tidak Mudik Lebaran Tahun Ini
Selain itu pula, lembah Randubaltung merupakan cekungan belakang dari sebuah tektonik yang bagian tengahnya adalah aktivitas magmatik.
Fenomena yang nampak adalah jalur gunung api aktif (jalur Banda) dari tengah Sumatera-Jawa-Bali-NTB-NTT-Kepulauan Maluku-Sulawesi.
"Di Godong (Kecamatan Godong) merupakan ujung barat ini, rupanya cukup dangkal sehingga gas itu berada di kantong yang tidak terlalu jauh dari permukaan bumi," jelasnya.
Kemudian ada struktur yang membuat bocoran di permukaan yang mengakibatkan semburan gas yang terbakar itu.
"Kemarin, terjadi mati. Karena banyak aktivitas yang membocorkan gas itu ke permukaan. Yang dapat diduga karena pengeboran orang mencari air bersih," ujarnya.
Hal itu disebabkan di cekungan Randublatung air bersih amat sulit ditemukan. Sehingga jika pengeboran tidak dilakukan oleh pihak yang berkompeten maka yang keluar adalah gas.
Baca Juga: Ada Klaster Sekolah saat Uji Coba PTM di Jateng, Tiga Guru SMAN 1 Gondang Sragen Meninggal
Baca Juga: Update Covid-19 Kota Semarang Hingga Minggu 18 April 2021, Ngaliyan dan Tembalang Masih Tinggi
"Kami meminta dengan tegas agar tidak melakukan pengeboran air tanah tanpa izin, oleh perusahaan atau juru bor yang tidak kompeten. Jangan menganggap di bawah tanah selalu ada air tanah. Pemboran air di wilayah Grobogan-Blora berisiko terjadi semburan gas yang berisiko keselamatan jiwa dan lingkungan," paparnya.
Diambil Dari Aliran Gas di Bawah Permukaan Mrapen
Pihaknya telah melakukan berbagai upaya teknis mencari cebakan gas dan pola distribusi (aliran) gas, volume gasnya yang dapat ditemukan melalui pendugaan di bawah permukaan.
Selain juga melalui pemetaan geologi permukaan,dan pengukuran geolistrik tiga dimensi ke bawah yang bertujuan untuk meyakini sekali lagi adanya sumber reservoir, yang menjebakkan gas di bawah permukaan tanah. Reservoir adalah tempat menyimpan barang-barang cadangan seperti air dan bahan bakar gas.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Pertemukan Pelaku UMKM Jateng dengan Dubes Ceko untuk Jalin Kerjasama
Baca Juga: Kembangkan Inovasi Robotik dan Agromaritim, Udinus Semarang Teken MoU dengan IPB
"Akhirnya kita meyakini cebakan gas dan pola distribusi (aliran) gas. Dari proses itu lalu kita melakukan pemboran yang pemborannya bersifat ekplorasi," jelasnya.
Ada dua titik yang dilakukan pemboran dengan kedalaman masing-masing 40 meter, hingga akhirnya terjadi semburan gas dan air (blow out). Namun setelah ditangani, tekanan gas melemah.
Pihaknya juga melakukan pembersihan dan pengeboran yang lebih dalam hingga pada kedalaman 42 meter.
Baca Juga: Usia Pernyataan Jozeph Paul Zhang Sebagai Nabi ke 26, Polri Gercap Lakukan Ini
Baca Juga: Polres Magelang Tangkap 3 Penjual Obat Mercon Ilegal, Ancam Hukuman Mati!
"Akhirnya pada meter 42 meter, tekanan kuat dan kemudian kita bersihkan sumurnya. Kita orientasikan aliran fluida-nya yang kemudian dikuti oleh aliran gas," sambungnya.
Dari situlah, ESDM meyakni gas yang berada di aliran bawah permukaannya terorientasi kembali ke satu titik bor.
Kemudian, pihaknya membersihkan sumur bor kedua karena memang memiliki tekanan yang tinggi. Sehingga reservoirnya bersih dan gasnya mengalir kuat di satu tempat.
Baca Juga: Kemenkes: Orang Gangguan Jiwa Dipastikan Dapat Jatah Vaksin Covid-19
Baca Juga: Kode Redeem Mobile Legends Terbaru 19 April 2021, Klaim Skin dan Hadiah dari ML
"Inilah yang kemudian di dalam kawasan api abadi Mrapen itu, kita yakini nanti bakal akan hidup lagi," tuturnya.
Diketahui, sejak September 2020, api abadi di Mrapen padam. Dinas ESDM Jateng pun melakukan berbagai langkah untuk menyalakan api yang kerap dimanfaatkan apinya untuk sumber obor, seperti di even Pekan Olahraga Nasional hingga upacara Peringatan Hari Raya Waisak. ***