Asean Kecam Tiongkok, Kapal Perang Amerika Langsung Latihan di Laut China Selatan  

- 1 Juli 2020, 06:30 WIB
Ilustrasi Kapal perang Amerika saat melakukan latihan di laut dekat Filipina bersama militer Jepang, setelah Donald Trump kalah masih bisa buat keputusan soal China dan menghukumnya / US Navy
Ilustrasi Kapal perang Amerika saat melakukan latihan di laut dekat Filipina bersama militer Jepang, setelah Donald Trump kalah masih bisa buat keputusan soal China dan menghukumnya / US Navy /Petty Officer 2nd Class Erica Be/USS RONALD REAGAN (CVN 76)

SEMARANGKU – Laut China Selatan yang diklaim adalah wilayah maritim Tiongkok terus menjadi perdebatan antara negara-negara yang bersinggungan.

Di dalam area tersebut banyak negara asia tenggara yang juga memiliki klaim atas perairan luas yang mempunyai sumber daya melimpah tersebut. Secara historis Tiongkok mengklaim sepihak jika itu adalah wilayah mereka.

Tensi tinggi dari para negara-negara Asean langsung memuncak ketika Tiongkok mengklaim daerah maritim yang juga di klaim oleh anggota negara Asean.

 Baca Juga: Pemakai Facebook Akan Segera Bisa Gunakan Mode Gelap di Smartphone

Melihat hal ini Amerika yang selalu menjadi salah satu kekuatan dunia yang juga ikut terjun di kawasan ini mulai menunjukkan kekuatan militernya. Amerika melakukan latihan perang dikawasan sengketa ini dengan melibatkan kapal induk dan kapal perang lainnya.

Seperti dikabarkan olejh Pikiran-Rakyat, ada dua kapal induk Amerika Serikat (AS) memulai latihan bersama di Laut Filipina pada Minggu, 28 Juni 2020 kemarin.

Artikel ini telah tayang sebelumnya di Pikiran-Rakyat.com dengan judul:Usai ASEAN Kecam Tiongkok di Laut China Selatan, Kapal Induk AS Lakukan Latihan Bersama

 Baca Juga: Barang-Barang Ini Sudah Tidak Bisa Dijual Lewat Facebook dan Instagram

Amerika berani melakukan latihan militer itu dikarenakan setelah mengetahui pemimpin dari negara-negara Asia Tenggara mengecam klaim Tiongkok di seluruh Laut China Selatan dengan alasan historis.

Kapal USS Nimitz dan USS Ronald Reagan Carrier Strike Groups memulai latihan untuk meningkatkan komitmen responsif, fleksibel, dan abadi antara AS dengan sekutunya di Indo-Pasifik.

Latihan bersama juga dilakukan tepat seminggu setelah Nimitz dan operator lain, USS Theodore Roosevelt melakukan operasi bersama mereka sendiri di daerah tersebut.

 Baca Juga: Ketika Ditangkap Pelaku Pembakaran Mobil Via Vallen Pura-Pura Bego

Jarang terlihat tiga kapal induk AS beroperasi pada saat bersamaan di Pasifik Barat.

Laksamana Muda George Wikoff, komandan Carrier Strike Group 5 mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa latihan itu dimaksudkan untuk memperkuat kemampuan Angkatan Laut AS untuk melakukan 'semua operasi perang domain'.

"Angkatan Laut AS tetap memiliki misi yang siap dan dikerahkan secara global. Operasi dual carrier menunjukkan komitmen kami terhadap sekutu regional, kemampuan kami untuk secara cepat memerangi kekuatan di Indo-Pasifik, dan kesiapan kami untuk menghadapi semua pihak yang menentang hukum-hukum internasional yang mendukung stabilitas regional,” kata Wikoff, seperti dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Japan Times.

 Baca Juga: Presiden Jokowi Tidak Ingin Ekonomi Bagus Tapi Covid-19 Meningkat

Fokus pernyataan itu ditujukan pada sekutu yang mendapat tekanan dari klaim Tiongkok, meskipun Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei juga memiliki klaim yang tumpang tindih di Laut China Selatan.

Sebelumnya pada Sabtu, 27 Juni 2020, Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) mengatakan dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Vietnam mengatakan perjanjian lautan UNCLOS tahun 1982 harus menjadi dasar hak-hak kedaulatan dan hak-hak di jalur air yang disengketakan.

"Kami menegaskan kembali bahwa UNCLOS 1982 adalah dasar untuk menentukan hak maritim, hak berdaulat, yurisdiksi dan kepentingan sah atas zona maritim," tulis ASEAN dalam sebuah pernyataan yang merujuk pada Konvensi PBB tentang Hukum Laut.

 Baca Juga: Rhoma Irama Terancam Pidana Terkait Konser Musiknya di Bogor

Seorang peneliti dan pakar keamanan maritim bernama Collin Koh dari Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam di Singapura mengatakan keputusan AS itu kemungkinan dimaksudkan untuk melawan narasi Tiongkok di hadapan publik dan sekutu yang gugup dengan kehadiran Tiongkok.

Perairan Laut Cina Selatan bagian timur dan perairan di sekitarnya termasuk di dekat Taiwan baru-baru ini terus mengalami peningkatan aktivitas militer.

Pemerintah AS telah mengecam Beijing karena gerakannya di jalur air, termasuk pembangunan pulau buatan, beberapa di antaranya adalah tempat bagi lapangan terbang atau pangkalan militer dan persenjataan canggih.

 Baca Juga: Tes Swab Massal Masih Akan Digencarkan di Kota Semarang, Grafik Masih Meningkat

Kementerian Pertahanan Tiongkok telah membantah pihaknya berupaya untuk memperkuat kontrol di Laut Cina Selatan, dan justru menuduh AS yang meningkatkan perselisihan dengan negara-negara tetangga.***(Julkifli Sinuhaji/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Heru Fajar

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x