Peneliti UI Ungkapkan Alasan Siswa Ogah-ogahan Ikuti Pembelajaran Jarak Jauh

12 Desember 2020, 18:12 WIB
Ilustrasi belajar online /Pixabay

SEMARANGKU – Peneliti dari Universitas Indonesia (UI) mengungkapkan alasan siswa ogah-ogahan mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama pandemi Covid-19.

Selain itu, peneliti UI juga menyebut PJJ yang selama ini dilakukan sekolah-sekolah di Indonesia, kurang efektif.

Ketua Tim Peneliti PJJ Devie Rahmawati menuturkan, peserta didik belum menerima sepenuhnya PJJ sebagai proses pembelajaran.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Daerah Ini Melonjak Setelah Pilkada 2020

Baca Juga: Stray Kids dan GOT7 Akan Tampilkan Penampilan Terbaik dalam TV Show Shopee 12.12 Birthday Sale

Penelitian ini juga menemukan bahwa sebagian siswa, pengajar, dan orang tua, sepakat menjalani pembelajaran tatap muka (PTM) seperti sebelum pandemi.

Dikatakan, dari hasil temuan kualitatif, model konsultatif dengan konten pembelajaran yang bersifat tacit dianggap kurang menarik bagi siswa. Siswa merasa tidak seperti sedang menjalani studi.

Meski pelajar sekarang merupakan generasi yang akrab dengan gadget dan internet, tapi literasi digital mereka dinilai belum cukup lengkap.

Baca Juga: BARU, Telkomsel Bagi Hadiah Rp 5 Juta untuk Pemilik Nomor Ini, Cek Syarat dan Cara Daftar

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Sudah Tiba, Pemerintah Persiapkan Sarana Prasarana Ini untuk Vaksinasi, Cek di Sini

“Meski mereka generasi internet, literasi digital yang belum cukup, membuat tidak semua peserta didik mengetahui cara mengeksplorasi pengetahuan di dunia maya,” ucap Devie Rahmawati seperti dilansir dari Antara News, Sabtu 12 Desember 2020.

Peneliti menilai bahwa peserta didik membutuhkan gaya belajar yang dapat membuat peserta didik aktif walau belajar di rumah.

Kebutuhan ini dapat dipenuhi bila konten pembelajaran yang diberikan selama PJJ juga mengakomodasi pembelajaran sekuensial, praktik.

Baca Juga: Mahfud MD: Dialog Ditolak, Habib Rizieq Malah Minta Terpidana Teroris Dibebaskan

Baca Juga: LAGI, Kini Telkomsel Bagi Hadiah Rp5 Juta Buat Pemilik Nomor Berakhiran Ini, Syarat dan Cara Daftar

Hal ini yang menyebabkan para peserta didik mengakui bahwa mereka masih mengandalkan teman sebagai sumber pengetahuan.

Sebelum PJJ, para peserta didik terbiasa menerima seluruh pengetahuan dari satu sumber pengetahuan, yaitu para pengajar. Para peserta didik belum terbiasa dengan model pembelajaran mandiri melalui PJJ.

Pengungkapan ini, peneliti analisa bukan karena PJJ adalah metode pembelajaran yang negatif. Namun, dibutuhkan waktu untuk mempersiapkan peserta didik agar terbiasa menjadi pembelajar aktif yang tidak mengandalkan satu sumber.

Baca Juga: Mahfud MD Bongkar Alasan Pemerintah Tak Ingin Rekonsiliasi dengan Habib Rizieq

Baca Juga: Link Live Streaming Manchester United vs Manchester City Gratis TV Online Liga Inggris Pekan ke 12

“Mengingat banyak hal positif dari PJJ diantaranya peserta didik menjadi lebih bebas mengeksplorasi pemenuhan informasi, tidak kaku misalnya,” ujar,” Nadia.

Penelitian yang bekerjasama dengan Tanoto Foundation ini, menggunakan metode survei online FGD dan Big Data selama periode September-November 2020 dengan menghadirkan peneliti UI Devie Rahmawati, Nadia Yovani, Mila Viendyasari, Indera R Irawati.

Survei online berhasil menjaring 2.320 responden yang terdiri atas 1.819 responden peserta didik (siswa dan mahasiswa), 267 responden pengajar (guru dan dosen), serta 234 orang tua.

Baca Juga: FPI Ilegal? Menko Polhukam Mahfud MD: Kita Menganggap Tidak Ada Ormas Itu

Baca Juga: Diperiksa Penyidik Polda Metro Jaya, Keputusan Habib Rizieq Ditahan Atau Tidak Bergantung pada Ini

“Penelitian menghasilkan tiga serial temuan, dimana untuk temuan pertama kami memfokuskan diri pada variabel jenis pengetahuan, persepsi siswa/mahasiswa terhadap kompetensi pengajar, pemenuhan informasi dan gaya belajar (learning style),” ujar Mila Viendyasari, peneliti PJJ. ***

Editor: Risco Ferdian

Sumber: Antara News

Tags

Terkini

Terpopuler