Asean Kecam Tiongkok, Kapal Perang Amerika Langsung Latihan di Laut China Selatan  

- 1 Juli 2020, 06:30 WIB
Ilustrasi Kapal perang Amerika saat melakukan latihan di laut dekat Filipina bersama militer Jepang, setelah Donald Trump kalah masih bisa buat keputusan soal China dan menghukumnya / US Navy
Ilustrasi Kapal perang Amerika saat melakukan latihan di laut dekat Filipina bersama militer Jepang, setelah Donald Trump kalah masih bisa buat keputusan soal China dan menghukumnya / US Navy /Petty Officer 2nd Class Erica Be/USS RONALD REAGAN (CVN 76)

Kapal USS Nimitz dan USS Ronald Reagan Carrier Strike Groups memulai latihan untuk meningkatkan komitmen responsif, fleksibel, dan abadi antara AS dengan sekutunya di Indo-Pasifik.

Latihan bersama juga dilakukan tepat seminggu setelah Nimitz dan operator lain, USS Theodore Roosevelt melakukan operasi bersama mereka sendiri di daerah tersebut.

 Baca Juga: Ketika Ditangkap Pelaku Pembakaran Mobil Via Vallen Pura-Pura Bego

Jarang terlihat tiga kapal induk AS beroperasi pada saat bersamaan di Pasifik Barat.

Laksamana Muda George Wikoff, komandan Carrier Strike Group 5 mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa latihan itu dimaksudkan untuk memperkuat kemampuan Angkatan Laut AS untuk melakukan 'semua operasi perang domain'.

"Angkatan Laut AS tetap memiliki misi yang siap dan dikerahkan secara global. Operasi dual carrier menunjukkan komitmen kami terhadap sekutu regional, kemampuan kami untuk secara cepat memerangi kekuatan di Indo-Pasifik, dan kesiapan kami untuk menghadapi semua pihak yang menentang hukum-hukum internasional yang mendukung stabilitas regional,” kata Wikoff, seperti dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Japan Times.

 Baca Juga: Presiden Jokowi Tidak Ingin Ekonomi Bagus Tapi Covid-19 Meningkat

Fokus pernyataan itu ditujukan pada sekutu yang mendapat tekanan dari klaim Tiongkok, meskipun Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei juga memiliki klaim yang tumpang tindih di Laut China Selatan.

Sebelumnya pada Sabtu, 27 Juni 2020, Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) mengatakan dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Vietnam mengatakan perjanjian lautan UNCLOS tahun 1982 harus menjadi dasar hak-hak kedaulatan dan hak-hak di jalur air yang disengketakan.

"Kami menegaskan kembali bahwa UNCLOS 1982 adalah dasar untuk menentukan hak maritim, hak berdaulat, yurisdiksi dan kepentingan sah atas zona maritim," tulis ASEAN dalam sebuah pernyataan yang merujuk pada Konvensi PBB tentang Hukum Laut.

Halaman:

Editor: Heru Fajar

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x