Tuduhan tersebut kemudian direspon oleh Suhail Shaheen, anggotan tim perunding Taliban yang berada di Doha.
Ia mengatakan bahwa tweet tuduhan tersebut merupakan laporan tidak berdasar.
Sementara itu, ancaman dari pihak Amerika dan Inggris tersebut datang usai Komisi Hak Asasi Manusia Independen Afghanistan mengatakan bahwa pejuang Taliban terlibat dalam pembunuhan balas dendam.
“Setelah mengambil alih distrik Spin Boldak, Taliban mengejar dan mengidentifikasi pejabat pemerintah dulu dan sekarang serta membunuh orang-orang yang tidak memiliki peran dalam konflik tersebut,” ujar Komisi Hak Asasi Manusia Independen Afghanistan.
Dilaporkan pula, bahwa Taliban tertuduh telah melakukan pembunuhan kepada setidaknya 40 orang.
Sementara itu, Taliban tetap melakukan penyerangan di tiga ibukota provinsi Lashkar Gah, Kandahar serta Herat.
Perang semakin menegang sejak awal bulan Mei dan Taliban memanfaatkan tahap akhir dari penarikan pasukan asing yang dikirm oleh Amerika setelah hampir 20 tahun membantu Afghanistan.***