Meski Pandemi Covid-19, PBB: Negara-Negara di Dunia Sudah Kehabisan Waktu untuk Tangani Krisis Iklim

- 20 April 2021, 15:18 WIB
Ilustrasi dampak krisis iklim mengancam kehidupan umat manusia/pixabay/geralt
Ilustrasi dampak krisis iklim mengancam kehidupan umat manusia/pixabay/geralt /

 

 

SEMARANGKU – Meski dengan adanya Covid-19, negara-negara di dunia sudah kehabisan waktu untuk menangani krisis iklim akibat perbuatan manusia.

Hal ini disampaikan oleh PBB pada 19 April 2021 menjelang pertemuan KTT Iklim Hari Bumi yang diadakan oleh Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Channel News Asia 20 April 2021, PBB mengatakan seharusnya 2021 ini menjadi tahun untuk melindungi orang-orang dari bencana akibat krisis iklim.

Menjelang KTT Iklim Hari Bumi pada 22-23 April 2021, PBB telah melaporkan keadaan iklim global 2020 yang begitu mengerikan.

 Baca Juga: Ngeri! Satu Keluarga Tewas Ditembak Orang Tak Dikenal Usai Shalat Tarawih

Baca Juga: Fadhilah Sholat Tarawih Malam Ke 9, Bagaikan Pahala Ibadah Para Nabi

Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta 20 April 2021: Andin Rafael, Aldebaran Michi, Siapa Cemburu?

Baca Juga: Download Twibbon Hari Kartini 2021 Format PNG dan JPG Gratis, Klik Di Sini!

“Kami berada di ambang jurang. Meski adanya pandemi Covid-19, kita telah gagal menghentikan krisis iklim yang tanpa henti,” ucap Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Para pemimpin negara sebanyak 40 orang telah diundang menghadiri KTT Iklim Hari Bumi untuk mengatasi krisis iklim yang mengerikan ini.

Antonio mengajak negara-negara di dunia untuk mengakhiri perbuatan yang mengeksploitasi alam, sehingga menyebabkan krisis iklim.

“2021 ini benar-benar tahun yang sangat penting bagi masa depan umat manusia. Laporan ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh membuang waktu, krisis iklim nyata di depan mata kita,” ajaknya.

Laporan yang disampaikan oleh Antonio menunjukkan 2020 merupakan salah satu tahun terpanas dalam catatan.

 Baca Juga: Kominfo: Joseph Paul Zhang Tetap Dapat Hukuman Sesuai UU ITE Meski di Luar Negeri

Baca Juga: Moeldoko Angkat Suara Isu Reshuffle Kabinet Indonesia Maju, Ini Penjelasannya!

Baca Juga: Kominfo Kirim Surat ke YouTube untuk Blokir Akun Joseph Paul Zhang, Ini Isinya!

Hal ini dibuktikan di wilayah Verkhoyansk, Rusia pada 20 Juni 2020 suhu disana mencapai titik tertinggi di 38 derajat Celcius.

Seharusnya di wilayah tersebut yang notabene di lingkup Arktik mempunyai suhu yang relatif dingin.

Akibat hal itu, dilaporkan kenaikan permukaan laut dan memicu perubahan iklim akibat panas laut dan pengasaman meningkat.

Emisi gas rumah kaca juga dilaporkan terus meningkat, meskipun terjadi perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Tahun 2020 terdapat banyak cuaca ekstrim dan gangguan iklim yang dipicu oleh perubahan iklim antropogenik.

Dilaporkan bahwa terjadi 30 badai Atlantik yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menyebabkan 400 orang meninggal.

 Baca Juga: Kasus Penistaan Agama, Polri Tetapkan Jozeph Paul Zhang Sebagai Tersangka

Baca Juga: Belum Kapok, Artis Rio Reifan Ditangkap Polisi Dugaan Narkoba, 4 Kali Ditangkap!

Belum lagi gelombang panas ekstrim di Eropa, Inggris, dan negara lainnya, sehingga menyebabkan kekeringan parah dan kebakaran hutan.

Semua akibat perubahan iklim ini pun berdampak kepada manusia itu lagi dan menyebabkan krisis yang berkelanjutan.

Bencana demi bencana mempengaruhi kehidupan, menghancurkan mata pencaharian, dan memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka.

PBB mengatakan dengan hadirnya para pemimpin negara di KTT Iklim Hari Bumi, mereka harus berkomitmen untuk mencapai nol emisi pada tahun 2050.

Mereka harus menunjukkan upaya menekan krisis iklim, sehingga tidak ada lagi rentetan bencana yang dampaknya mengancam umat manusia.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x