Varian Virus Covid-19 Lambda yang Tersebar di 28 Negara, Apakah Lebih Mengkhawatirkan Dibanding Varian Delta?

- 28 Juli 2021, 19:45 WIB
Ilustrasi corona virus, Varian Virus Covid-19 Lambda yang Tersebar di 28 Negara, Apakah Lebih Mengkhawatirkan Dibanding Varian Delta?
Ilustrasi corona virus, Varian Virus Covid-19 Lambda yang Tersebar di 28 Negara, Apakah Lebih Mengkhawatirkan Dibanding Varian Delta? /Pixabay/



SEMARANGKU – Pandemi Covid-19 ini selalu menciptakan dan bermutasi beberapa kali, salah satunya varian Lambda.

Awalnya, WHO mengklasifikasikan empat mutasi Covid-19 sebagai varian Alpha, Beta, Gamma dan Delta, terlebih varian Delta sangat menyebar luas bahkan di Indonesia.

Empat lainnya yaitu Eta, Lota, Kappa dan Lambda adalah varian Covid-19 yang telah ditetapkan sebagai varian yang menarik.

Baca Juga: Para Dokter Malaysia Mogok Kerja di Tengah Lonjakan Virus Covid-19

Dalam beberapa minggu terakhir penyebaran varian Lambda pertama kali terdeteksi di peru.

Lambda sendiri saat ini adalah varian dominan di negara Andean yang memiliki tingkat kematian virus Covid-19 per kapita tertinggi di dunia.

Varian lambda ini juga menyebar ke setidaknya di 28 negara lain.

Termasuk Argentina, Brasil, Kolombia, Ekuador dan Inggris.

Asal usul tepatnya varian Lambda tetap tidak jelas.

Lambda berkembang mewakili 80 persen dari semua kasus di Peru.

Baca Juga: Tinjau Penanganan COVID-19 di Kabupaten Magelang, Ganjar Pranowo: Varian Delta Hampir di Beberapa Daerah

Ketika kami menemukannya, itu tidak menarik banyak perhatian," kata Pablo Tsukayama, seorang dokter mikrobiologi molekuler di Universitas Cayetano Heredia.

"Tapi kami terus memproses sampel, dan pada bulan Maret, itu di 50 persen sampel di Lima. Pada bulan April, itu di 80 persen sampel di Peru," kata Tsukayama.

"Lompatan itu dari satu menjadi 50 persen adalah indikator awal dari varian yang lebih menular," tambahnya.

Menurutnya, strain Lambda awalnya tidak menimbulkan 'alarm' atau 'peringatan' karena strain baru umum terjadi di tempat-tempat dengan tingkat infeksi yang tinggi.

"Tetapi sekitar bulan Mei, Chili dan Peru meminta WHO untuk mempertimbangkan varian dan menambahkannya ke daftar varian yang diminati. Pada pertengahan Juni, WHO menerima dan melabelinya sebagai Lambda," katanya.

Menurut data Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) , strain Lambda telah mencapai 28 negara.

Meskipun sudah menyebar ke 28 negara lainnya, Dr Roselyn Lemus-Martin, yang memegang gelar PhD dalam biologi molekuler dan sel dari University of Oxford dan berbasis di AS mengatakan 'belum' saatnya untuk khawatir.

Hal tersebut karena varian Delta masih menjadi ketegangan yang dominan di seluruh negara.

Terlebih mereka memperhatikan bahwa Lambda tidak menyebar secepat di daerah lain.

"Pada awalnya, kami benar-benar prihatin ... Kami berpikir bahwa karena karakteristiknya, Lambda bisa menjadi lebih menular daripada Delta," kata Lemus-Martin.

"Tetapi saat ini, di AS, misalnya, kami telah melihat bahwa Delta terus menjadi ketegangan yang dominan, dan apa yang telah kami perhatikan adalah bahwa Lambda tidak menyebar secepat," sambungnya dikutip dari Al Jazeera.

Meskipun begitu, munculnya varian Lambda ini tetap harus membuat masyarakat berhati-hati.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x