Baca Juga: Raih Sertifikasi HACCP, 2 Industri Kecil Menengah Ini Siap Lakukan Ekspor
“Pertama, sistem demokrasi tidaklah sempurna, terutama implementasinya. Ada wajah baik & wajah buruk dalam demokrasi. Namun, tidak berarti sistem otoritarian & oligarki lebih baik. *SBY*,” tulisnya.
SBY melanjutkan, pengaruh ucapan pemimpin sangatlah berdampak besar. Itu terbukti dari perkataan Donald Trump yang mampu memicu pendukungnya untuk melakukan serbuan ke Capitol Hill.
“Kedua, di era "post-truth politics", ucapan pemimpin (presiden) hrs benar & jujur. Kalau tidak, dampaknya sgt besar. Ucapan Trump bhw pilpresnya curang (suaranya dicuri) timbulkan kemarahan besar pendukungnya. Terjadilah serbuan ke Capitol Hill yg coreng nama baik AS. *SBY*,” lanjut SBY.
Baca Juga: Polri Tetap Lanjutkan Identifikasi Korban Pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Ini Alasannya!
Baca Juga: Benarkah Ada Chip di Dalam Vaksin Covid-19? Begini Kata Guru Besar Unair
Selanjutnya, SBY juga mengungkapkan bahwa model politik yang tidak berlandaskan pada fakta akhirnya akan gagal. Jika itu terjadi, pada suatu titik pasti pemimpin tersebut akan kehilangan kepercayaan rakyatnya.
Bagi para pencinta demokrasi, drama politik di AS saat ini dapat dipetik pelajarannya. Pertama, sistem demokrasi tidaklah sempurna, terutama implementasinya. Ada wajah baik & wajah buruk dalam demokrasi. Namun, tidak berarti sistem otoritarian & oligarki lebih baik. *SBY*— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) January 20, 2021
“Ketiga, "post-truth politics" (politik yg tdk berlandaskan pada fakta), termasuk kebohongan yg sistematis & berulang, pada akhirnya akan gagal. Pemimpin akan kehilangan "trust" dari rakyatnya, krn mereka bisa bedakan mana yg benar (faktual) dgn yg bohong (tdk faktual). *SBY*,” tulisnya.***