Prancis Mulai Lirik Indonesia Sang Raksasa yang Baru Menggeliat, Borong Rafale Hingga Kapal Selam

11 Februari 2022, 13:43 WIB
Jet tempur Rafale, Prancis Mulai Lirik Indonesia Sang Raksasa yang Baru Menggeliat, Borong Rafale Hingga Kapal Selam /Avionslegendaires

SEMARANGKU - Kini Prancis mulai lirik Indonesia sang raksasa yang baru menggeliat yang borong jet tempur Rafale hingga rencana beli kapal selam baru.

Seperti diberitakan Indonesia membeli 42 pesawat jet tempur Rafele dari Prancis untuk menguatkan armada tempurnya.

Indonesia yang merupakan salah satu raksasa ekonomi dunia mulai dilirik Prancis setelah kegagalannya jual kapal selam ke Australia.

Menhan Prabowo Subianto kemari Kamis 10 Februari 2022 menerima Menhan Prancis dan menghadap ke Presiden Jokowi untuk membicarakan berbagai kesepakatan.

Baca Juga: Presiden Prancis dan Kanselir Jerman akan Bertandang ke Rusia dan Ukraina, Moskow Beri Isyarat Ini

Dengan bertambahnya armada tempur seperti Rafale dari Prancis ini maka Indonesia kini memiliki banyak jet tempur multirole.

Dan Rafale dari Prancis juga melengkapi jajaran pesawat tempur Indonesia yang selama ini di beli dari Amerika, Rusia dan Korea. 

Dilansir dari La Tribune negara Indonesia sekali lagi berada dalam strategi semua kelompok persenjataan dari Prancis.

Mereka mengatakan jika pertumbuhan Indonesia tidak dapat diabaikan dan perlu dipandang serius (6,2% pada 2012 dan 5,3% pada 2013), bahkan jika laju pertumbuhan melambat pada kuartal kedua 2014 ke level terendah selama lima tahun, di 5,12% YoY.

Pertumbuhan di Indonesia akan tetap berlanjut dalam jangka pendek: 5,6% pada tahun 2014, 2015 dan 2016. Dan, menurut OECD, tingkat pertumbuhan Indonesia antara tahun 2014 dan 2018 harus mencapai 6%.

Hal ini akan menjadikan Nusantara (Indonesia) sebagai perekonomian paling dinamis dari negara-negara besar ASEAN (Association of Southeast Asian Nations).

Baca Juga: Gara-Gara AUKUS, Konflik Australia dengan Prancis Makin Meresahkan, Uni Eropa Ikut Turun Tangan

Sepertinya Prancis baru sadar akan pentingnya peran indonesia di dunia dan bagi Prancis sendiri padahal mereka tahu Indonesia adalah rekan mereka di G20.

Bahkan dalam sepuluh tahun, ekonomi Indonesia menempati 10 peringkat dunia negara termaju, naik dari peringkat ke-27 ke peringkat ke-16.

Pada tahun 2030, Indonesia harus berada di 10 besar ekonomi dunia (peringkat 7), menurut McKinsey. “Berbisnis di Indonesia harus ada untungnya, dan harus mendapat kepercayaan dari masyarakat Indonesia,” kenangnya di La Trubune..

Indonesia raksasa yang masih belum dikenal di Prancis

Besarnya potensi di Indonesia ini ternyata belum banyak diketahui oleh masyarakat Prancis baik dari warga maupun para pengusaha disana.

"Bagaimana menjelaskan bahwa kita hanya memiliki 150 perusahaan Prancis yang kini ada di Indonesia, negara terpadat ke-4 di dunia, ekonomi dunia ke-16, dalam pertumbuhan yang sangat cepat, dimana kita memiliki dulu ada 450 perusahaan di lima belas tahun yang lalu," heran senator senator UMP dari Val-de-Marne, Christian Cambon, salah satu penulis laporan "Perancis menghadapi kemunculan Asia Tenggara" .

Perusahaan Prancis di Indonesia ini dianggap terlalu sedikit. Sebagai perbandingan, jumlah perusahaan Korea Selatan yang ada di Indonesia berjumlah 1.200.

“Salah satu kelemahan utama kami adalah kurangnya pengetahuan kami tentang Indonesia, model politiknya, budayanya, proyeknya, dan sirkuit pembiayaannya”, konfirmasi dari laporan tersebut.

Namun, untuk menghidupkan kembali hubungan diplomatik tingkat tinggi antara kedua negara, rekan penulis laporan tersebut mendorong Francois Hollande untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia.

Karena tidak ada Presiden Prancis sejak Francois Mitterrand. Pada Agustus 2013, di markas ASEAN, Menteri Luar Negeri Laurent Fabius menyayangkan “hubungan kedua negara belum maksimal”.

Hingga saat ini Indonesia dan Prancis kedekatan hubungan komersial sangat bergantung hanya pada pembelian dari Airbus atau ATR saja.

Namun kini berbeda selain ada rayuan yang dilakukan oleh Jakarta (Istana) pada grup Prancis seperti Airbus Group, Dassault Aviation, Thales, Safran, DCNS, Nexter, Renault Trucks Defense dan lainnya mulai berpengaruh.

Terutama karena anggaran pertahanan di Eropa terus menyusut meskipun ada persenjataan global, khususnya di Asia.

Kelompok-kelompok ini semakin mempertaruhkan pertumbuhan mereka di negara-negara berkembang yang terkenal ini, termasuk Indonesia, yang ingin memodernisasi peralatan tentaranya.

Jadi, Thales, yang hadir selama hampir empat puluh tahun, memperkirakan lebih dari 500 juta euro dalam peluang bisnis (sipil dan militer) dalam lima tahun ke depan. Menurut informasi La Tribune, Direktorat Jenderal Persenjataan (DGA) juga telah mengirimkan atase senjata kembali ke Jakarta,

Penguatan pertahanan, prioritas Indonesia

Membangun kembali pertahanan negara adalah yang pertama dari sembilan prioritas agenda Presiden Indonesia, Joko Widodo.

Presiden Jokowi akan memperkuat pertahanan negara untuk memastikan keutuhan wilayah Nusantara dan dengan memantapkan dirinya sebagai kekuatan maritim regional.

Oleh karena itu keinginan untuk meningkatkan anggaran pertahanan untuk mencapai 1,5% dari PDB pada tahun 2019 mencapai 20 miliar dolar (terhadap 7 miliar saat ini).

Karena Indonesia memiliki kebutuhan nyata untuk memodernisasi tentaranya. “Mereka perlu mereformasi industri pertahanan mereka, kami diingatkan di Paris. Kita harus memikirkan jangka menengah” di negara ini sebut La Tribune.

Kebutuhan akan senjata dan alat pertahanan Indonesia ini terjawab dengan adanya Prancis yang beberapa tahun lalu sakit hati dengan Australia, mungkinkah ini balasan Prancis terhadap Australia dengan menjalin cinta dengan Indonesia?. ***

Editor: Heru Fajar

Tags

Terkini

Terpopuler