Diam-diam Pemerintah Naikkan Harga Gas Elpiji, Rizal Ramli: Geraknya Kok Diam-diam Kayak Copet

31 Desember 2021, 20:00 WIB

 

SEMARANGKU- Ekonom Rizal Ramli buka suara terkait sikap pemerintah yang diam-diam menaikkan harga gas elpiji

Rizal Ramli menyayangkan sikap pemerintah yang diam-diam menaikkan harga gas elpiji tanpa sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat.

Rizal juga menyebut bahwa sikap pemerintah diam-diam menaikkan harga gas elpiji tanpa sosialisasi terlebih dahulu seperti copet.

Rizal mengatakan bahwa sudah seharusnya masyarakat mengetahui jika ada kebijakan yang dilakukan pemerintah.

 Baca Juga: Kaesang Kena Sorotan Rizal Ramli: Dari Jualan Pisang Bisa Borong Saham Senilai Rp92,2 Miliar 

“Sebelum @jokowi, rakyat selalu diberi tahu jauh-jauh hari. Ini kok nggak ada akuntabilitas publik? kaya copet aja, kantong rakyat bolong tanpa pemberitahuan, kepiye,” ujarnya.

Rizal juga mengatakan bahwa sikap yang dilakukan oleh pemerintah yang diam-diam menaikkan harga juga sering terjadi.

Selain gas elpiji yang harganya kian naik, ekonom itu juga mengamati bahwa komoditas listrik juga dinaikkan.

JIka semua dilakukan secara diam-diam akan berdampak pada masyarakat yang merasakan langsung kebijakan tersebut.

Baca Juga: ILC Tutup, Rizal Ramli Sindir Pemerintahan Jokowi: Kok Takut Sama yang Model Beginian Doang?

Masyarakat perlu diberikan solusi untuk memiliki perencanaan ekonomi di sektor rumah tangga.

“Kok doyannya naikin harga listrik dan gas diem-diem sih?Rakyat perlu tahu jauh-jauh hari, supaya bisa mempersiapkan diri,” ujarnya.

Harga gas elpiji 5,5 kg dan 12 kg dikabarkan resmi naik terhitung sejak 25 Desember 2021 lalu.

Kenaikan harga gas ini disebut-sebut mengikuti tren peningkatan Contract Price Aramco (CPA) yang akan terus meroket selama periode tahun baru 2022.

Menurut informasi yang beredar, harga gas melambung sebesar 17 persen dari harga sebelumnya.

Jika normalnya gas elpiji 12 kg dipatok senilai Rp139.000, kini di agen resmi harganya menjadi Rp163.000.

Harga tersebut akan semakin naik jika dijual pada warung-warung kelontong yang biasa diakses oleh masyarakat.

Apa yang dilakukan oleh pemerintah dianggap tidak memberikan kesempatan masyarakat untuk siap-siap sebelum aba-aba dimulai.***

Editor: Heru Fajar

Tags

Terkini

Terpopuler