Merokok Beresiko Covid-19, AdaJuga Kasus Ibu Hamil Tularkan Covid-19 ke Bayi

- 17 Juli 2020, 07:00 WIB
ILUSTRASI ibu hamil.
ILUSTRASI ibu hamil. /Pexels/Marcos Flores/



SEMARANGKU - Berikut ini adalah ringkasan singkat dari beberapa studi ilmiah terbaru tentang virus corona dan upaya untuk menemukan perawatan dan vaksin untuk Covid-19.

Radiasi paru-paru dapat mempercepat pemulihan pneumonia Covid-19. Dosis radiasi yang rendah ke paru-paru pasien pneumonia yang disebabkan Covid-19 dapat membantu mereka pulih lebih cepat.

Sebuah studi kecil menunjukkan Dokter di Emory University di Atlanta merawat 10 pasien dengan radiasi paru-paru dan membandingkannya dengan 10 pasien dengan usia yang sama yang menerima perawatan biasa, tanpa radiasi.

Baca Juga: Sebanyak 5,4 Juta Orang Amerika Kehilangan Asuransi Kesehatan Selama Pandemik Covid-19

Dengan radiasi, waktu rata-rata untuk peningkatan yang signifikan adalah tiga hari, dibandingkan dengan 12 hari pada kelompok yang terkontrol lainnya.

Efek potensial lainnya termasuk waktu rata-rata yang lebih singkat untuk keluar dari rumah sakit (12 hari dengan radiasi versus 20 hari tanpa radiasi) dan risiko yang lebih rendah dari penggunaan ventilasi mekanik (10% dengan radiasi versus 40% tanpa radiasi).

Tetapi kedua perbedaan itu terlalu kecil untuk mengesampingkan kemungkinan faktor kebetulan, demikian temuan para peneliti seperti yang dikutip dari Reuters.

Baca Juga: Universitas di Russia Selesaikan Uji Klinis Vaksin Covid-19

"Kelompok radiasi itu sedikit lebih tua, sedikit lebih sakit, dan paru-parunya sedikit lebih rusak, tetapi meskipun begitu kami melihat sinyal kuat kesembuhan," kata Dr. Emory Mohammad Khan kepada Reuters.

Khan mencatat bahwa pada kelompok dengan terapi radiasi, obat Covid-19 tak diberikan sebelum dan setelah perawatan, sehingga hasilnya mencerminkan efek radiasi saja.

"Radioterapi dapat mengurangi peradangan di paru-paru pasien Covid-19 dan mengurangi sitokin yang menyebabkan peradangan," kata Khan.

Baca Juga: Jokowi Perkirakan Puncak Wabah Virus Covid-19 Sekitar Agustus Hingga September

Sitokin adalah protein yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh. Hasil pada lima pasien pertama telah diterima untuk dipublikasikan oleh jurnal kanker.

Hasil pada 10 pengujian diunggah pada hari Selasa menjelang review yang dilakukan oleh rekan sejawat di situs medRxiv. Para peneliti telah meluncurkan uji coba terkontrol secara acak dari perawatan dan berharap pada akhirnya akan mencakup beberapa kesimpulan.

Merokok dapat meningkatkan risiko Covid-19 yang parah di antara orang muda dewasa.

Baca Juga: Kadar Glukosa Tinggi Dalam Darah Tingkatkan Risiko Kematian Jika Terkena Covid-19

Hampir sepertiga dari orang dewasa muda AS tampaknya memiliki peningkatan risiko Covid-19 yang parah, dengan merokok sebagai faktor risiko terkuat mereka, menurut data survei.

Para peneliti melihat data dari lebih dari 8.000 peserta, usia 18 hingga 25, dalam Survei Wawancara Kesehatan Nasional yang representatif untuk 2016 hingga 2018.

Mereka juga melihat kondisi medis para peserta yang diidentifikasi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS yang membuat orang-orang dari usia berapa pun "secara medis rentan" terhadap penyakit parah dari virus corona.

Baca Juga: Kantor DPRD Jateng Ditutup Setelah Salah Satu Anggota Dewan Meninggal Karena PDP Covid

Di antaranya adalah diabetes, penyakit jantung, masalah kekebalan tubuh, merokok, HIV atau AIDS yang tidak terkontrol, dan penyakit pernapasan.

Secara keseluruhan, 32% dari orang dewasa muda yang disurvei dilihat secara medis rentan terhadap Covid-19 yang parah. Di antara orang dewasa muda yang tidak merokok, hanya 16% yang dianggap rentan secara medis.

"Upaya untuk mengurangi merokok dan penggunaan rokok elektronik di kalangan orang dewasa muda kemungkinan akan mengurangi kerentanan mereka terhadap penyakit parah," kata para peneliti pada hari Senin dalam studi yang diterbitkan dalam Journal of Adolescent Health.

Baca Juga: Bintang Bollywood Aishwarya Rai Positif Covid-19, Begitu Juga Dengan Putrinya

"Analisis kami menunjukkan bahwa risiko dari merokok dan penggunaan rokok elektronik adalah yang tertinggi di antara orang dewasa muda yang berjenis kelamin laki-laki, berkulit putih, dan berpenghasilan rendah dan yang sepenuhnya atau sebagian tidak diasuransikan."

Coronavirus mungkin jarang menembus plasenta

Tidak jelas apakah virus Corona dapat melewati rahim dari ibu ke janin. Pada hari Selasa, dokter di Prancis melaporkan kasus yang sangat jarang yang menunjukkan kemungkinan penularan melalui plasenta.

Baca Juga: Lusinan Tentara Amerika Positif Covid-19 di Pangkalan Militer Okinawaq Jepang

Dalam jurnal Nature Communications, mereka menggambarkan bayi yang lahir prematur dari ibu dengan Covid-19. Mereka menemukan virus dalam jaringan plasenta serta dalam darah ibu dan bayi, yang menunjukkan bahwa penularan transplasental virus corona mungkin terjadi, meskipun studi lebih lanjut diperlukan.

Marian Knight, seorang profesor kesehatan ibu dan anak di Universitas Oxford, mengatakan kasus ini seharusnya tidak menjadi kekhawatiran utama bagi wanita hamil.

Di antara ribuan bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi virus, hanya sekitar 1% hingga 2% yang dilaporkan memiliki tes positif, kata Knight.

Baca Juga: Nakes RSUD Moewardi Solo Reaktif Covid-19, Ganjar Pranowo Sebut Mereka Tertular dari Luar

Vaksin eksperimental Moderna Inc (MRNA.O) untuk Covid-19, mRNA-1273, aman dan memicu respons kekebalan pada semua 45 sukarelawan yang sehat dalam studi fase 1 pertama pada manusia, para peneliti melaporkan pada Selasa di New England Journal of Medicine.

Relawan yang mendapat dua dosis vaksin memiliki tingkat antibodi pembunuh virus yang melebihi tingkat rata-rata yang terlihat pada pasien Covid-19 yang pulih.

Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS, mengatakan para peneliti yang mengembangkan kandidat vaksin Moderna, disebut memberikan kabar baik.

Baca Juga: Ini Hal yang Ditemukan dr. Tirta Saat Berkunjung ke Surabaya Soal Tingginya Covid-19

Fauci mencatat bahwa penelitian ini tidak menemukan efek samping yang serius dan vaksin menghasilkan tingkat "membunuh" atau antibodi penawar virus yang "cukup tinggi". ***

Editor: Heru Fajar

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x