Niger Terima Pasukan Prancis untuk Amankan Perbatasan, Presiden Mohamed Bazoum Beri Komentar Begini

- 20 Februari 2022, 10:30 WIB
Niger Terima Pasukan Prancis untuk Amankan Perbatasan, Presiden Mohamed Bazoum Beri Komentar Begini
Niger Terima Pasukan Prancis untuk Amankan Perbatasan, Presiden Mohamed Bazoum Beri Komentar Begini /Tangkap layar postingan akun Instagram @military_france

SEMARANGKU - Niger telah menerima pasukan Prancis untuk mengamankan perbatasan.

Presiden Mohamed Bazoum mengatakan bahwa Niger telah menerima bahwa pasukan khusus Prancis dan Eropa akan dikerahkan ke wilayahnya dari Mali.

Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Niger, Mohamed Bazoum sehari Prancis dan sekutu Eropa mengumumkan penarikan pasukan dari Mali.

Baca Juga: Kemampuan Rafale yang Dibeli Indonesia dari Prancis Bisa Apa Saja, Ternyata Ini Kehebatannya di Udara

Menurut Presiden Mohamed Bazoum, kedatangan pasukan Prancis ke Niger dalam rangka meningkatkan keamanan di dekat perbatasan dengan negara tetangganya.

“Tujuan kami adalah mengamankan perbatasan kami dengan Mali,” ujar Bazoum pada Jumat, 18 Februari 2022, dikutip dari Al Jazeera.

Bazoum menambahkan bahwa dia memperkirakan ancaman dari kelompok bersenjata akan meningkat di perbatasan Mali setelah kepergian pasukan.

“Daerah ini akan semakin ramai dan kelompok teroris akan semakin kuat. Kami tahu bahwa mereka akan memperluas pengaruh mereka,” pungkasnya.

Baca Juga: SUPER POWER, Indonesia Borong 42 Jet Tempur Rafale dari Prancis, 36 Unit F15 dari Amerika, Kapal Selam Next?

Sekedar informasi, Prancis dan sekutu Eropa telah mengumumkan bahwa mereka akan mulai menarik pasukan dari Mali.

Prancis memerangi kelompok bersenjata yang beroperasi di bagian barat wilayah Sahel Afrika.

Sekitar 2.400 tentara Prancis dikerahkan di Mali untuk memerangi kelompok-kelompok yang terkait dengan al-Qaeda dan ISIS.

Sekitar 900 pasukan khusus dalam satuan tugas Takuba yang dipimpin Prancis, diperkirakan akan meninggalkan Mali dalam beberapa bulan mendatang.

Niger, Mali, dan Burkina Faso telah berjuang untuk menahan kelompok-kelompok bersenjata yang telah membunuh ratusan orang.

Serta membuat jutaan orang mengungsi.

Maïkol Zodi, seorang pemimpin gerakan yang telah memimpin protes terhadap pasukan asing di Niger, mengatakan bahwa kehadiran mereka ilegal.

“Tidak dapat diterima dan tidak dapat ditoleransi untuk menerima pemindahan ini di wilayah kami. Jika mereka melakukannya, kami akan memperlakukan mereka sebagai pasukan pendudukan,” ujar Zodi, dikutip dari Al Jazeera.

Sekedar informasi, Mali telah berjuang untuk mendapatkan kembali stabilitas sejak 2012.

Ketidakstabilan terjadi ketika pemberontak etnis Tuareg dan kelompok bersenjata yang bersekutu merebut dua pertiga bagian utara negara itu.

Pasukan dari bekas kekuatan kolonial Prancis melakukan intervensi dan membantu mengalahkan kelompok bersenjata pada tahun 2013.

Namun, para pejuang berkumpul kembali di padang pasir dan mulai melakukan serangan reguler terhadap tentara dan warga sipil.

Sejak saat itu mereka telah mengekspor metode mereka ke negara tetangga Burkina Faso dan Niger di mana kekerasan telah meroket dalam beberapa tahun terakhir.

Kekerasan ini meninggalkan krisis kemanusiaan yang parah.

Itulah Niger yang menerima pasukan Prancis untuk mengamankan perbatasan, Presiden Mohamed Bazoum: kelompok teroris akan semakin.***

Editor: Risco Ferdian

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah