Bentrokan Pasukan Perlawanan Melawan Militer Myanmar Memanas, Petinggi PBB Desak Ambil Tindakan

- 24 September 2021, 19:15 WIB
Bentrokan Pasukan Perlawanan Melawan Militer Myanmar Memanas, Petinggi PBB Desak Ambil Tindakan
Bentrokan Pasukan Perlawanan Melawan Militer Myanmar Memanas, Petinggi PBB Desak Ambil Tindakan /REUTERS
 
Semarangku –Bentrokan yang terjadi antara pasukan perlawanan bersenjata dengan pihak militer Myanmar semakin memanas.
 
Myanmar sudah berada dalam kekacawan sejak pihak  militer mengambil kekuasaan secara paksa pada 1 Februari lalu. Perebutan kekuasaan ini menimbbulkan kemarahan dari dalam dan luar negri.
 
Dilansir dari Al Jazeera, komisaris tinggi PBB Michelle Bachelet mendesak PBB untuk segera mengambil tindakan. Dirinya sudah memperingatkan telah terjadi bencana kemanusiaan di bawah keuasaan militer Myanmar.
 
 
 
Bachelet juga mengajak masyarakat internasional untuk turut serta agar mencegah konfik di Myanmar makin bertambah buruk. 
 
“Konsekuensi nasional sangat mengerikan dan tragis, konsekuensi regional juga bisa sangat besar,” kata Bachelet dalam sebuah pernyataan pada hari kamis.
 
“Masyarakat internasional harus melipatgandakan upayanya untuk memulihkan demokrasi dan mencegah konflik yang lebih luas sebelum terlambat,” tambahnya.
 
Menurut PBB sejak kudeta Myanmar oleh pihak militer telah menewaskan lebih dari 1.120 jiwa. Banyak tindakan keras oleh pasukan keamanan terhadap pemogokan dan saat aksi protes oleh mereka yang menentang militer kembali berkuasa.
 
Di berbagai daerah telah terbentuk pasukan perlawanan yang sering terlibat bentrok dengan pihak militer.  Hal ini mendorong ribuan orang untuk melarikan diri termasuk pelariannya menuju ke negara tetangganya seperti India.
 
Pada kamis lalu dilaporkan banyak warga Myanmar terpaksa meninggalkan desa mereka di wilayah Sagaing setelah pasukan keamanan diduga membakar rumah dan bahkan menembaki warganya.
 
Kekerasan ini terjadi hanya sehari setelah ribuan orang meninggalkan negara bagian Chin di dekat perbatasan india yang di susul oleh pertempuran antara pembangkang anti kudeta dan militer.
 
Bachelet menyebutkan bahwa pihak militer telah menggunakan senjata untuk menghadapi warga sipil yang dimaksudkan untuk konflik militer dan melakukan serangan udara dan artileri tanpa pandang bulu.
 
Media lokal di Myanmar melaporkan kekerasan mematikan telah terjadi setidaknya di lima wilayah dan negara bagian yang berbeda pada hari kamis. Para milisi yang bersekutu dengan pemerintah bayangan(NUG) juga menggunakan bom rakitan. NUG sendiri sudah menyerukan “perang difensif rakyat” melawan para jendral pada awal bulan lalu.
 
Bachelet mengatakan Myanmar telah gagal memenuhi kesepakatannya dengan ASEAN untuk menghentikan kekerasandan memulai dialog.
 
Sementara itu negara-negara barat telah mengutuk militer dan memberlakukan sanksi tertentu. Tetapi kritikus berpendapat perlu mengambil tindakan lebih keras seperti menerapkan embergo senjata kepada Myanmar.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x