Api Abadi Mrapen hari Ini Coba Dihidupkan Ganjar Pranowo, Setelah 6 Bulan Padam, Begini Cara yang Dipakai

- 20 April 2021, 05:15 WIB
Api Abadi Mrapen hari Ini Coba Dihidupkan Ganjar Pranowo
Api Abadi Mrapen hari Ini Coba Dihidupkan Ganjar Pranowo /Dok Humas Prov Jateng
 
SEMARANGKU – Dulu api abadi Mrapen sempat menggegerkan masyarakat karena berhenti menyala sejak September 2020 lalu. 
 
Setelah selama enam bulan padam, api abadi Mrapen akan coba dihidupkan kembali oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo pada hari ini Selasa, 20 April 2021.
 
Sebelumnya, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo telah meminta kepada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah, untuk  menangani persoalan padamnya api di Objek Wisata Api Abadi Mrapen, Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan. 
 
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, meminta pencarian sumber gas api abadi mrapen agar selanjutnya bisa dinyalakan lagi. 
 
 
 
 
 
Seperti diketahui, sejak September 2020 lalu, api abadi di Mrapen padam. Dinas ESDM Jateng pun melakukan berbagai langkah guna menyalakan kembali api yang kerap dimanfaatkan untuk sumber obor, seperti di even Pekan Olahraga Nasional hingga upacara Peringatan Hari Raya Waisak.
 
Upaya ESDM tersebut rupanya membuahkan hasil. Dan hari ini, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo akan mencoba menghidupkan kembali api yang konon ditemukan sejak zaman Sunan Kalijaga. 
 
Kepala Dinas ESDM Jateng Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan, pihaknya berupaya melakukan berbagai langkah untuk menyalakan api di Mrapen. 
 
“Kami secara teknis, berupaya keras dari bulan Februari, Maret, April. Atas petunjuk dan dukungan kuat dari bapak Gubernur (Ganjar Pranowo),” kata Sujarwanto di kantornya di jalan Madukoro, Semarang, kemarin Senin 19 April 2021.
 
"Kemarin, terjadi api abadi Mrapen mati dikarenakan banyak aktivitas yang membocorkan gas tersebut ke permukaan. Yang dapat diduga karena  pengeboran orang mencari air bersih,” kata Kepala Dinas ESDM Jateng Sujarwanto Dwiatmoko.
 
Hal itu disebabkan di cekungan Randublatung air bersih amat sulit ditemukan. 
Sehingga jika pengeboran tidak dilakukan oleh pihak yang berkompeten maka yang keluar adalah gas. 
 
“Kami meminta dengan tegas agar tidak melakukan pengeboran air tanah tanpa izin, oleh perusahaan atau juru bor yang tidak kompeten. Jangan menganggap di bawah tanah selalu ada air tanah. Pemboran air di wilayah Grobogan-Blora berisiko terjadi semburan gas yang berisiko keselamatan jiwa dan lingkungan," tutur Sujarwanto. 
 
Upaya teknis Dinas ESDM Jateng antara lain melakukan pencarian cebakan gas dan pola distribusi (aliran) gas, volume gasnya yang dapat ditemukan melalui pendugaan di bawah permukaan. 
 
 
 
 
Selain itu juga melalui pemetaan geologi permukaan, dan pengukuran  geolistrik tiga dimensi ke bawah yang bertujuan untuk meyakini sekali lagi adanya sumber reservoir, yang menjebakkan gas di bawah permukaan tanah. 
 
Reservoir yang dimaksud adalah tempat menyimpan barang-barang cadangan seperti air dan bahan bakar gas.
 
“Akhirnya kita meyakini cebakan gas dan pola distribusi (aliran) gas. Dari proses itu lalu kita melakukan pemboran yang pemborannya bersifat ekplorasi,” jelas Kepala Dinas ESDM Jateng Sujarwanto Dwiatmoko. 
 
Sebelumnya, ada dua titik yang dilakukan pengeboran dengan kedalaman masing-masing 40 meter, hingga akhirnya terjadi semburan gas dan air (blow out). 
Namun setelah ditangani, tekanan gas kemudian melemah.   
 
Berikutnya, pihaknya melakukan pembersihan dan pengeboran yang lebih dalam hingga pada kedalaman 42 meter.  
 
“Akhirnya  pada meter 42 meter, tekanan kuat dan kemudian kita bersihkan sumurnya. 
 
Kita orientasikan aliran fluida-nya yang kemudian dikuti oleh aliran gas,” terang Sujarwanto lagi. 
 
Dari situlah, ESDM meyakini gas yang berada di aliran bawah permukaannya ter-orientasi kembali ke satu titik bor. 
 
Kemudian, pihaknya membersihkan sumur bor kedua karena memang memiliki tekanan yang tinggi. Sehingga,  reservoirnya bersih dan gasnya mengalir kuat di satu tempat. 
 
 
 
 
“Inilah yang kemudian di dalam kawasan api abadi Mrapen itu, kita yakini nanti bakal akan hidup lagi,” tuturnya.
 
Sujarwanto menerangkan, Api Abadi Mrapen adalah fenomena dari gas alam yang secara alamiah menembus ke permukaan dan terbakar. 
 
Akumulasi gas yang terjadi di suatu tempat terjadi karena rangkaian panjang dari perjalanan sumber gas yang jauh dari permukaan bumi. 
 
Adapun formasi bebatuan bagian dari zona stratigrafi lembah Randublatung yang memanjang dari sebelah timur Semarang sampai jauh di selatan Madura.  
 
Zona ini merupakan zona depresi bertekanan tinggi dan memiliki tekanan kompresi yang begitu kuat. 
 
Sehingga lapisan bebatuan di bawahnya selalu bertekanan. Selain itu pula, lembah Randublatung merupakan cekungan belakang dari sebuah tektonik yang  bagian tengahnya adalah aktivitas magmatik. 
 
Fenomena yang nampak adalah jalur gunung api aktif (jalur Banda) dari tengah Sumatera-Jawa-Bali-NTB-NTT-Kepulauan Maluku-Sulawesi.
 
“Di Godong (Kecamatan Godong) merupakan ujung barat ini, rupanya cukup dangkal sehingga gas itu berada di kantong yang tidak terlalu jauh dari permukaan bumi. 
Kemudian ada struktur yang membuat bocoran di permukaan yang mengakibatkan semburan gas yang terbakar tersebut," pungkasnya.
 
Dengan usaha ini masyarakat menunggu keberhasilan api abadi Mrapen bisa diaktifkan lagi oleh Ganjar Pranowo. Kita tunggu. *** 

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x