Heboh Fenomena Kemunculan Lintang Kemukus, Petanda Wabah Besar? Ini Penjelasannya!

- 12 Oktober 2020, 08:01 WIB
Tangkapan layar heboh Lintang Kemukus muncul di Langit Jawa pada Sabtu malam 10 Oktober 2020.*
Tangkapan layar heboh Lintang Kemukus muncul di Langit Jawa pada Sabtu malam 10 Oktober 2020.* /Instagram @ndorobeii

SEMARANGKU - Kemunculan Lintang Kemukus atau bintang berekor atau yang sering disebut juga dengan komet membuat heboh netizen Indonesia beberapa hari terakhir ini.

Kemunculan Lintang Kemukus tersebut diketahui terjadi di langit jawa.

Beberapa pihak menyebut telah melihat kemunculan Lintang Kemukus di Tuban Jawa Timur, Yogyakarta, Karawang, dan Jawa Tengah.

Baca Juga: Cara Daftar BLT Banpres Produktif UMKM Rp 2,4 Juta, Masih Dibuka Hingga Tahun Depan, Cek di Sini

Baca Juga: Bantuan Kuota Internet Gratis Cair untuk Pelajar Desa? Ini Syarat dan Cara Dapatnya!

Bersamaan dengan kemunculan Lintang Kemukus di langit jawa tersebut, muncul beberapa orang yang mengakitkan kejadian itu dengan berbagai mitos maupun kepercayaan.

Di sisi lain, mitos-mitos serta kepercayaan yang dikaitkan dengan kemunculan Lintang Kemukus ternyata sudah ada.

Dikutip Semarangku dari artikel di Isu Bogor yang berjudul: Fenomena Lintang Kemukus Muncul di Langit Jawa, Antara Mitos dan Tetengger Pagebluk

Baca Juga: Tak Dapat BLT dari Pemerintah? Ada Bantuan Facebook untuk UKM Rp 31 Juta, Daftar di Sini, Lengkap

Baca Juga: Besok Terakhir Daftar, Dapatkan Modal Rp 31 Juta dari Bantuan Facebook untuk UKM di Indonesia

Ini beberapa mitos yang timbul dan dikaitkan dengan kemunculan Lintang Kemukus.

Lintang Kemukus dipercaya sebagai hantu pembawa maut berwujud bola arwah.

Terkadang ia muncul sebagai rombongan prajurit ganas yang bisa membunuh manusia ketika mereka tertidur. Hantu bernama Lampor itu kerap menimbulkan suara gaduh. Suaranya berasal dari iringan kereta kuda dan derap kaki pasukan.

Beberapa masyarakat Jawa mempercayai kalau mereka adalah pasukan Nyi Roro Kidul yang tengah bergerak dari Laut Selatan ke Gunung Merapi atau Keraton Yogyakarta.

Baca Juga: TERBUKTI, Link Dapat Listrik Gratis PLN untuk Bulan Oktober, Bisa Lewat WA Juga, Klik Disini

Baca Juga: Jadwal Acara ANTV Hari Ini Senin, 12 Oktober 2020, Ada Program Terbaru Radha Krishna

Sementara masyarakat di Jawa Timur percaya kalau Lampor muncul bersamaan dengan wabah penyakit. Lampor mencari korbannya seringkali di bulan Sapar pada malam hari.

Korban dicekik lalu dibawa dengan keranda. Jika itu terjadi, mereka bakalan mati seketika. Namun, Lampor punya kelemahan. Konon, ia tak bisa duduk atau jongkok. Jadi orang-orang akan memilih tidur di bawah dipan atau di lantai agar Lampor tak mencekik mereka.

Dwi Cahyono, arkeolog yang mengajar sejarah di Universitas Negeri Malang, mengatakan kalau isu setan Lampor semacam itu marak di Jawa Tengah dan Timur sampai pada 1960-an. Lambat laun cerita itu menghilang.

Desas-desus seputar Lampor kemungkinan muncul manakala banyak terjadi wabah penyakit pada masa lampau. Jika ia datang orang bisa mati dalam tidurnya.

Baca Juga: Hari Terakhir Kuota Masih Terbuka! Ini Syarat dan Cara Dapat Uang Total Rp2,5 Juta dari Telkomsel

Baca Juga: Tips Lolos Kalau Kartu Prakerja Gelombang 11 Dibuka, Hanya 3 Langkah, Dijamin Dapat Rp 3,5 Juta

"Wabah penyakit dalam konsepsi lama direlasikan dengan peristiwa mistis, seperti pada hantu Lampor," kata Dwi kepada Historia.

Terkadang dalam percakapan, kata lampor disandingkan dengan kata pagebluk, menjadi pagebluk lampor.

Lampor secara harfiah berasal dari kata Jawa Kuna, lampur. Artinya mengembara atau bepergian. Sementara pagebluk adalah istilah Jawa untuk menyebut wabah penyakit.

Istilah pagebluk lampor kemudian memberi penegasan kalau pada masa lalu mungkin pernah terjadi pagebluk yang dahsyat dampaknya. Soal dahsyatnya pagebluk ini, ada perkataan dalam bahasa Jawa Baru yang populer.

"Isuk loro, sore mati, ini kan memberi gambaran betapa ganas penyakitnya, dalam durasi sesingkat itu orang mati," ujar Dwi.

Kata-kata itu dijumpai dalam kisah Babad Tanah Jawi. Jadi, setelah Amangkurat I wafat, Mataram tertimpa musibah. banyak orang sakit. Negara rusak. Udara tidak baik. Makanan mahal.

Baca Juga: Bantuan BLT Subsidi Gaji Tahap 5 Cair Rp1,2 Juta, Cek ATM BRI, BNI, BTN, dan Mandiri, Link di Sini

Baca Juga: TERBUKTI, Link Dapat Listrik Gratis PLN untuk Bulan Oktober, Bisa Lewat WA Juga, Klik Disini

Hujan tak turun, sehingga udara begitu panas. Negara Mataram seperti terbakar. Banyak orang meninggal. Pengemis tersebar di sepanjang jalan atau sungai. Banyak penderita sakit borok, kudis, pathek, bubul, dan sejenisnya. Orang yang sakit di waktu pagi, sorennya meninggal.

"Jadi dari situ kita melihat bahwa pada masa lalu ada gambaran tentang bencana penyakit," lanjut Dwi.

Lewat Tetenger Alam

Mungkin saking menakutkannya dampak pagebluk, orang Jawa pun mulai mencari pertanda atau tetenger sebelum wabah datang.

Pada zaman Mataram Islam misalnya, pagebluk dihubungkan dengan kemunculan bintang berekor atau komet. Orang Jawa menyebutnya Lintang Kemukus.

Baca Juga: Cara Daftar BLT Banpres Produktif UMKM Rp 2,4 Juta, Masih Dibuka Hingga Tahun Depan, Cek di Sini

Baca Juga: Bantuan Kuota Internet Gratis Cair untuk Pelajar Desa? Ini Syarat dan Cara Dapatnya!

Menurut tradisi mereka, kemunculan komet pada arah tertentu memiliki arti, di antaranya sebagai pertanda kemunculan pagebluk.

"Memang umumnya penampakkan komet dimaknai sebagai membawa ‘hal yang kurang baik’, kecuali apabila muncul di arah barat," jelas Dwi.

Berdasarkan buku Sejarah Kutha Sala: Kraton Sala, Bengawan Sala, Gunung Lawu yang ditulis R.M. Ng. Tiknopranoto dan R. Mardisuwignya, Dwi menjelaskan bila komet muncul di arah timur tandanya ada raja yang sedang berbela sungkawa.

Lalu rakyatnya bingung. Desa pun banyak yang mengalami kerusakan dan kesusahan. Harga beras dan padi murah, tetapi emas mahal harganya.

Baca Juga: Tak Dapat BLT dari Pemerintah? Ada Bantuan Facebook untuk UKM Rp 31 Juta, Daftar di Sini, Lengkap

Baca Juga: Besok Terakhir Daftar, Dapatkan Modal Rp 31 Juta dari Bantuan Facebook untuk UKM di Indonesia

Bila bintang berekor muncul di tenggara menandakan ada raja yang mangkat. Orang desa banyak yang pindah. Hujan jarang. Buah banyak yang rusak.

Ada wabah penyakit yang membuat banyak orang sakit dan meninggal. Beras dan padi mahal. Kerbau dan sapi banyak yang dijual.

Apabila komet muncul di arah selatan tandanya ada raja mangkat. Para pembesar susah. Banyak hujan. Hasil kebun melimpah. Beras, padi, kerbau, dan sapi dihargai murah.

Orang desa merana, karenanya mereka pun mengagungkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Suci. Kalau komet muncul di barat daya artinya ada raja mangkat. Orang desa melakukan kebajikan. Beras dan padi murah.

Baca Juga: Belum Dapat Bantuan Kuota Internet Gratis Kemdikbud di Oktober, Lapor di Call Center ke Nomor Ini

Baca Juga: Jadwal Acara ANTV Hari Ini Senin, 12 Oktober 2020, Ada Program Terbaru Radha Krishna

Hasil kebun berlimpah. Tapi kerbau dan sapi banyak yang mati. Jika komet muncul di barat tandanya ada penobatan raja. Para pembesar dan orang desa senang.

Beras dan padi pun murah. Apa yang ditanam berbuah subur dan cepat menghasilkan. Hujan akan turun deras dan lama. Apapun barang yang dijual-belikan murah harganya, karena memperoleh berkah Tuhan.

Lalu kalau Lintang Kemukus muncul di barat laut, itu pertanda ada raja yang berebut kekuasaan. Para adipati juga berselisih, berebut kekuasaan. Sementara warga desa bersedih hati. Kerbau dan sapinya banyak yang mati.

Hujan dan petir terjadi di musim yang salah. Kekurangan makin meluas dan berlangsung lama. Beras dan padi mahal, namun emas murah.

Baca Juga: Jadwal Acara MNCTV Hari Ini Senin, 12 Oktober 2020, Ada Kontes KDI 5 besar, Catat Jam Tayangnya!

Baca Juga: Cara Daftar BLT Banpres Produktif UMKM Rp 2,4 Juta, Masih Dibuka Hingga Tahun Depan, Cek di Sini

Apabila ada komet muncul di utara, maknanya ada raja yang kalut pikiran lantaran kekeruhan di dalam pemerintahannya.

Timbul perselisihan yang semakin berkembang menjadi peperangan. Beras dan padi mahal. Namun harga emas murah. Selain tanda adanya wabah penyakit pada manusia, lintang kemukus juga memberi pertanda ada wabah penyakit yang akan menyerang hewan.

Ada pertanda kalau kerbau dan sapi banyak yang mati. Itu disebutnya aratan. Bila lintang muncul di arah barat daya dan di barat laut.

Baca Juga: Cara Daftar BLT Banpres Produktif UMKM Rp 2,4 Juta, Masih Dibuka Hingga Tahun Depan, Cek di Sini

Baca Juga: Jadwal Acara ANTV Hari Ini Senin, 12 Oktober 2020, Ada Program Terbaru Radha Krishna

"Ada pertanda alam yang di masa lalu dipersepsi sebagai tengara tentang adanya kematian," jelas Dwi. "Lampor itu juga merupakan keyakinan lokal sebenarnya tidak secara langsung bicara tentang penyakit tapi ada dampak yang berhubungan dengan penyakit."

Cara Memotong Rantai Penularan

Karenanya musibah yang terjadi akibat wabah penyakit bisa disebut sebagai malapetaka. Dwi menjelaskan, secara harfiah, dalam konteks Jawa Kuno dan Jawa Tengahan kata mala berarti kotor, cabul, najis secara fisik dan moral, noda, cedera, cacat, dan dosa. Kata itu bisa juga berarti penyakit.

"Terlihat bahwa pada mulanya malapetaka bertalian dengan bencana penyakit, yang kemudian diperluas artinya ke bermacam bencana," ujar Dwi.

Baca Juga: Tips Lolos Kalau Kartu Prakerja Gelombang 11 Dibuka, Hanya 3 Langkah, Dijamin Dapat Rp 3,5 Juta

Baca Juga: Bantuan Kuota Internet Gratis Cair untuk Pelajar Desa? Ini Syarat dan Cara Dapatnya!

Dengan pengertian itu, seringkali wabah penyakit, yang termasuk ke dalam malapetaka tadi, disembuhkan tidak lewat penanganan medis. "Ini kan suatu isu penyakit kemudian membias ke hal yang di luar penyakit," kata Dwi.

Misalnya, ada masyarakat yang membuat tumpeng untuk mengatasi serangan pagebluk. Seperti dijumpai pada masyarakat Tengger, suku asli yang mendiami wilayah Gunung Bromo dan Semeru, Jawa Timur. Mereka punya Tumpeng Pras.

Namanya berkenaan dengan cara tumpeng itu diperlakukan. Setelah diupacarai, puncak tumpeng akan dikepras. Diyakini, pemotong ini salah satunya untuk menghilangkan penyakit.

Baca Juga: Jadwal Acara MNCTV Hari Ini Senin, 12 Oktober 2020, Ada Kontes KDI 5 besar, Catat Jam Tayangnya!

Baca Juga: Tak Dapat BLT dari Pemerintah? Ada Bantuan Facebook untuk UKM Rp 31 Juta, Daftar di Sini, Lengkap

"Jadi secara simbol tumpeng dan praktik social distancing ini sama prinsipnya. Memotong rantai penularan," jelas Dwi.

Ketika wabah terjadi biasanya di wilayah masyarakat Tengger terjadi penyimpangan yang bersifat makrokosmos. Tandanya seperti ada harimau yang masuk kampung. Ini menyimpang karena perkampungan penduduk bukanlah habitat harimau.

"Ini isyarat akan ada penyimpangan di dunia manusia. Misalnya banyak anak mati secara beruntun. Pagebluk itu tadi. Menghilangkannya dengan membuat tumpeng pras. Memang digunakan untuk kepentingan ini,” jelas Dwi.

Secara umum, menurut Bani Sudardi, dosen Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta, dalam "Konsep Pengobatan Tradisional Menurut Primbon Jawa", terbit di jurnal Humaniora Vol. 14/2002, orang Jawa percaya kemungkinan mereka sakit bergantung pada kualitas hubunganya dengan lingkungan.

Baca Juga: Besok Terakhir Daftar, Dapatkan Modal Rp 31 Juta dari Bantuan Facebook untuk UKM di Indonesia

Baca Juga: Cara Daftar BLT Banpres Produktif UMKM Rp 2,4 Juta, Masih Dibuka Hingga Tahun Depan, Cek di Sini

Mereka yakin bahwa manusia adalah bagian tak terpisahkan dari suatu tatanan kosmis.

Itu mengapa, sebagaimana menurut sejarawan Denys Lombard dalam Nusa Jawa III: Warisan Kerajaan Konsentris, ritual-ritual pedesaan seperti oleh masyarakat Tengger tadi, banyak dilakuan demi menjaga keserasian semesta.

Antara desa dan kosmos harus seimbang agar kehidupan tak bergoyang. Sementara wabah penyakit yang menimpa manusia ataupun binatang adalah pertanda tentang adanya kekacauan di mikrokosmos.

Adapun kemunculan lintang kemukus merupakan pertanda adanya krisis pada makrokosmosnya.

"Komet itu kan penyimpangan. Dalam kondisi normal komet akan tetap di garis orbitnya. Ini seringkali dipercayai akan diikuti dengan penyimpangan mikrokosmos, pagebluk,” jelas Dwi.(Iyud Wahyudi/Isu Bogor)***

Editor: Risco Ferdian

Sumber: Isu Bogor


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x