SEMARANGKU – Perbedaan dalam menentukan tanggal lebaran antara NU dan Muhammadiyah adalah salah satu bentuk keragaman praktik keagamaan di Indonesia.
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) adalah dua organisasi Islam yang memiliki pandangan dan metode penghitungan kalender Islam yang berbeda terutama dalam menentukan tanggal Lebaran.
Oleh karena itu, mereka seringkali NU dan Muhammadiyah merayakan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran pada tanggal yang berbeda.
Perbedaan lebaran NU dan Muhammadiyah ini berkaitan dengan metode penghitungan awal bulan Syawal, bulan yang menandai akhir bulan Ramadhan, bulan puasa dalam kalender Islam.
Baca Juga: Presiden Beri Arahan Mudik Lebaran 2023, Jokowi: Harapannya Semua Bisa Berjalan Baik
Muhammadiyah menggunakan metode hisab, yaitu penghitungan astronomi berdasarkan peredaran bulan dan matahari, untuk menentukan awal bulan Syawal.
Sementara itu, NU menggunakan metode rukyat, yaitu pengamatan langsung bulan baru dengan mata telanjang untuk menentukan awal bulan Syawal.
Dalam prakteknya, Muhammadiyah cenderung merayakan Lebaran lebih awal karena mengandalkan perhitungan astronomi yang cenderung lebih akurat dalam memprediksi awal bulan baru.