Temuan ilmuwan Australia ini diterbitkan dalam Jurnal Nature, Earth and Environment Science dengan judul “Inisiasi Kebangkitan dan Letusan Subsolidus Karapas Dingin Magma Hangat di Kaldera Toba, Sumatera”.
Sementara itu Profesor Danisik juga mengatakan letusan dapat terjadi meskipun tidak ada magma cair yang ditemukan di bawah gunung berapi.
Mempelajari kapan dan bagaimana magma yang dapat meletus terakumulasi dan dalam keadaan seperti apa magma sebelum dan sesudah letusan sangat penting untuk memahami supervolcano.
Letusan super Gunung Toba dapat berdampak secara regional dan global serta pemulihannya akan memakan waktu beberapa dekade atau bahkan berabad-abad.
Profesor Danisik memperingatkan bahaya belum berakhir akibat letusan super dan ancaman bahaya lebih lanjut selama ribuan tahun setelahnya.
Letusan super Gunung Toba 75.000 tahun yang lalu adalah salah satu letusan eksplosif terbesar yang diketahui di Bumi.
Letusan Gunung Toba menyebabkan musim dingin vulkanik global 6-10 tahun dan menempatkan Bumi dalam periode pendinginan selama 1.000 tahun.
Bencana skala global Itu hanyalah dampak dari letusan salah satu dari sekitar 12 supervolcano di Bumi.
Setidaknya masing-masing letusan supervolcano tujuh kali lebih besar dari Gunung Tambora di Sumbawa, Indonesia tahun 1815 yang letusannya merupakan terbesar dalam sejarah manusia.
Profesor Danisik mengatakan mempelajari cara kerja supervolcano penting untuk memahami ancaman di masa depan dari letusan yang tak terhindarkan.***