Tantangan Utamayang Dihadapi Indonesia, Lockdown Mikro dan Kurangnya Fasilitas perangi Covid-19 Varian Delta

- 23 Juni 2021, 20:00 WIB
Tantangan Utamayang  Dihadapi Indonesia, Lockdown Mikro dan Kurangnya Fasilitas perangi Covid-19 Varian Delta
Tantangan Utamayang Dihadapi Indonesia, Lockdown Mikro dan Kurangnya Fasilitas perangi Covid-19 Varian Delta //Pixabay.com/geralt



SEMARANGKU – Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang cukup menjadi permasalahan dalam penanganan Covid-19 varian Delta.

Tantangan yang dihadapi Indonesia adalah sistem lockdown Mikro yang lemah dan kurangnya fasilitas alat untuk mendeteksi varian baru varian Delta Covid-19.

Alih-alih lockdown skala besar, Indonesia saat ini hanya memberlakukan lockdown mikro dan pelabelan zona warna, terlebih fasilitas yang kurang memadahi membuat lonjakan Covid-19 varian Delta ini menjadi lebih sulit untuk diatasi.
 
Baca Juga: Perintahkan Bupati Wali Kota Terapkan Mikro Lockdown, Ganjar Pranowo: Kita Sedang Tidak Baik-Baik Saja 

Dengan melonjaknya kasus ini, Indonesia dengan para pemimpinnya menyeruhkan untuk segera melakukan pemulihan dan pemutusan rantai Covid-19.

Namun, alih-alih lockdown skala besar, Indonesia hanya memberlakukan lockdown secara mikro dengan label warna.

Zona merah adalah wilayah yang terkena dampak buruk dan kasus virus Covid-19 yang banyak. Zona merah ini merupakan zona yang harus diberikan pembatasan yang ketat.

Sedangkan untuk label orange atau kuning adalah zona untuk wilayah yang memiliki kasus Covid-19 lebih sedikit.

Selain itu, zona hijau untuk area yang bersih dan tanpa infeksi yang terdeteksi.
Setidaknya, ada 29 zona merah saat ini yaitu Bandung, Bangkalan, dan Pekanbaru.

Dikutip dari The Straits Times, banyak yang menganggap sistem lockdown mikro seperti ini tidak berfungsi dengan baik di berbagai wilayah.
 

"Kami tidak mengakui zona hijau merah itu karena tidak ada batasnya," ungkap Dr Aman Bhakti Pulungan, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Dr Pandu Riono dari Fakultas Kedokteran UI juga mengatakan kekurangan lain dari sistem kode warna ini.

Dia mengatakan bahwa tidak ada yang tahu mengenai bagaimana cara memberi label pada suatu wilayah dengan tingkat pengujian yang rendah.
 
Selain itu, tidak adanya tindak tegas pemerintah untuk menghukum pelanggaran protokol kesehatan yang dilakukan oleh seseorang.

“Apapun bentuk pembatasan sosial yang kita lakukan, yang terpenting adalah implementasi, evaluasi dan punishment,” ujarnya.

"Kita bisa menggunakan CCTV yang ada di mana-mana untuk memantau. Selanjutnya, kita bisa mengambil tindakan untuk memastikan ada hukuman dan insentif," lanjutnya.

Para ahli juga merasa prihatin dengan kurangnya fasilitas pelaratan pengurutan seluruh genom untuk mendeteksi varian virus baru.

“Tidak setiap provinsi memilikinya. Dalam beberapa kasus, itu sama dengan berjalan dalam kegelapan dan menutup mata. Kami ingin berperang tetapi kami tidak dapat melihat musuh,” kata Dr Pulungan.

Selain itu berdasarkan uji sekuensing genom beberapa wilayah telah didominasi oleh varian Delta.

Beberapa wilayah tersebut adalah Jakarta, Kudus, dan Bangkalan.
Dr Pulungan juga menambahkan perlu adanya pengambilan sampel dan secara teratur mengumpulkan data pengurutan genom dan membagikannya kepada masyarakat.

Namun dengan fasilitas yang belum memadahi dan lockdown mikro yang tidak berfungsi dengan baik di beberapa wilayah akan menambah perang melawan virus  Covid-19  varian Delta ini menjadi tantangan yang besar.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x