Kontroversial, Galon Sekali Pakai Diprotes Banyak Pihak, Ini Penyebabnya!

29 Desember 2020, 09:20 WIB
Kontroversial, Galon Sekali Pakai Diprotes Banyak Pihak, Ini Penyebabnya! /APSI

SEMARANGKU – Baru-baru ini galon sekali pakai menjadi kontroversi dan ditentang.

Aktivis lingkungan menilai galon sekali pakai menjadi ancaman bagi kelestarian lingkungan, karena galon berbahan dasar plastik.

Sebagai bentuk protes, aktivis lingkungan menggalang suara melalui petisi bertajuk 'tolak galon sekali pakai' di sebuah situs online.

Baca Juga: Nahdlatul Ulama Peduli Siapkan Bantuan Rp25 Miliar, Apa Tujuan NU?

Baca Juga: Kemenkes Minta Masyarakat Lakukan Hal Ini saat Libur Tahun Baru Agar Covid-19 Bisa Hilang

Tujuannya, agar produksi galon sekali pakai dihentikan.

Associate Campaigner, Change.org Indonesia, Ori Sidabutar mengatakan kehadiran galon sekali pakai di pasaran menuai banyak kontroversi, terutama dari masyarakat yang peduli lingkungan.

‘’Dalam 3 minggu, petisinya hingga kini sudah didukung 16 ribu lebih orang,’’ kata Ori Sidabutar dalam keterangan persnya, Senin, 28 Desember 2020.

Baca Juga: Konsumsi BBM di SPBU Tol Trans Jawa Naik Drastis, Pertamax Jenis Ini Laris Manis

Baca Juga: Bunyikan Petasan Saat Malam Tahun Baru 2021, Polda Jateng: Akan Kami Tindak Tegas!

Tuntutan itu sejalan dengan gerakan #tolaksekalipakai yang dimulai oleh Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP).

GIDKP merupakan sebuah lembaga non-profit berbentuk perkumpulan yang memiliki misi untuk mengajak masyarakat agar lebih bijak dalam menggunakan kantong plastik.

Agar suara tuntutan aktivis lingkungan meluas, mereka akan menggelar jumpa pers pada Selasa, 29 Desember 2020.

Baca Juga: Ada Semarak Indosiar: Surabaya, Berikut Jadwal TV Indosiar Hari Ini Selasa, 29 Desember 2020

Baca Juga: Jamaah Islamiyah Pilih Santri Lulusan Terbaik untuk Direkrut, Ternyata Ini Alasannya

Aktivis yang dihadirkan diantaranya adalah Tiza Mafira (GIDKP), Elhan dan Helfia (Penggagas petisi #TolakGalonSekaliPakai), M. Atha Rasyadi (Greenpeace), Andreas (Ecoton). ***

Editor: Risco Ferdian

Sumber: Change.org

Tags

Terkini

Terpopuler