Banyak diantaranya yang dilaporkan berakhir dengan pekerjaan bergaji rendah, termasuk yang bekerja pada sektor manufaktur tekstil, konstruksi dan pertanian.
“Sekarang, menurut pendapat saya, serangan terkuat, paling jelas dan terarah terhadap mata pencaharian masyarakat Tibet yang telah kita saksikan hampir sejak Revolusi Kebudayaan tahun 1966 hingga 1976, kata Adrian Zenz, seorang peneliti Tibet dan Xinjiang yang independent.
Dalam sebuah pernyataan kepada Reuters, Kementerian Luar Negeri Tiongkok membantah keras tudingan praktek kerja paksa dan mengatakan bahwa Tiongkok adalah negara dengan aturan hukum dan bahwa para pekerjanya bekerja secara sukarela dan diberi kompensasi yang sesuai.
Baca Juga: Tahap 1 Cair! Ini Cara Dapat Bantuan Kuota Gratis dari Kemendikbud, Dapat 35-50 GB!
Baca Juga: Siap-siap! Ini Syarat Terbaru untuk Daftar Kartu Prakerja Gelombang 10, Penuhi Data Ini!
“Apa yang dituding oleh orang-orang bahwa ini adalah 'kerja paksa' tidaklah benar. Kami berharap komunitas internasional membedakan yang benar dari yang salah, menghargai fakta, dan tidak tertipu oleh kebohongan,”katanya.
Memindahkan kelebihan tenaga kerja pedesaan ke dalam industri adalah bagian penting dari upaya China untuk meningkatkan ekonomi dan mengurangi kemiskinan.
Akan tetapi di daerah seperti Xinjiang dan Tibet, dengan populasi etnis yang besar dan sejarah kerusuhan, kelompok hak asasi mengatakan program tersebut mencakup penekanan yang terlalu besar pada upaya pelatihan ideologis.
Baca Juga: CAIR! Ini Cara Dapat Bantuan Kuota Internet Pelajar dan Mahasiswa Gratis untuk Belajar
Baca Juga: Poin 4 Pembalap Tipis, MotoGP Catalunya Bakal Seru, Link LIVE STREAMING Trans 7 Cek Disini!