BAHAYA! Ilmuwan Prediksi Miliaran Orang Akan Hidup Tanpa Air di Tahun 2050, Simak Penjelasannya!

- 11 September 2020, 19:17 WIB
 Ilmuwan Prediksi Miliaran Orang Akan Hidup Tanpa Air di Tahun 2050, Simak Penjelasannya!
Ilmuwan Prediksi Miliaran Orang Akan Hidup Tanpa Air di Tahun 2050, Simak Penjelasannya! /Pixabay/

SEMARANGKU - Dikarenakan pemanasa global, ilmuwan memprediksi bahwa di tahun 2050 akan terjadi krisis air di seluruh dunia.

Para ilmuwan memprediksi, bahwa krisis air tersebut akan berdampak kepada 3,2 miliar orang di muka bumi.

Prediksi tersebut bukan tanpa alasan,menurut laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) penyebab dari krisis air yang akan datang adalah karena hilangnya massa gletser.

Baca Juga: Jimin BTS Si Tukang Spoiler Tak Sengaja Bocorkan Album Terbaru BTS di KBS News9, Suga Beri Isyarat

Baca Juga: Keburukan Choiza Diungkap Ibu Mendiang Sulli di Film MBC: Why Did Sulli Make You Uncomfortable?

Diperkirakan juga bahwa hilangnya massa gletser akan terus bertambah pada akhir abad ini.

Fakta baru juga ditambah dengan prediksi bahwa orang yang tinggal di area, yang akan krisis air tersebut, terus bertambah setiap tahunnya.

Organisasi Meteorologi Dunia menyebut jika dekade terakhir ini menjasi rekor terpanas dalam perubahan iklim.

Baca Juga: LIVE STREAMING RCTI Putri untuk Pangeran Gratis Malam Ini Jumat, 11 September 2020

Baca Juga: LIVE STREAMING Timnas U19 Indonesia vs Arab Saudi, Shin Tae Yong Bongkar Persiapan Malam Ini

"Fakta bahwa dekade terakhir telah menjadi rekor terpanas dari perubahan iklim," kata Organisasi Meteorologi Dunia, Daily Mail.

Dilansir Semarangku dari artikel di Pikiran Rakyat yang berjudul: Ilmuwan Meramal: 3,2 Miliar Manusia Diprediksi akan Alami Kekurangan Air Minum pada 2050

Organisasi Meteorologi Dunia baru saja merilis di United in Science 2020 mengenai penilaian multi-departemen dari data ilmu iklim terbaru.

Baca Juga: Valentino Rossi Masih Enjoy Balapan di MotoGP, Itu Sebabnya Kondisi Selalu di Puncak

Baca Juga: Sedang Tayang Sinetron Samudra Cinta SCTV Episode Jumat 11 September 2020, Sikap Cinta Berubah

Mereka mengakui bahwa 2020 adalah tahun terpanas yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa gangguan iklim terus berlanjut, dengan rekor panas, es mencari, kebakaran hutan, banjir dan kekeringan.

"Belum pernah sebelumnya begitu jelas bahwa kita membutuhkan transisi jangka panjang, inklusif, dan bersih untuk mengatasi krisis iklim untuk mencapai pembangunan berkelanjutan,' kata Sekjen PBB.

Baca Juga: LIVE STREAMING Timnas U19 Indonesia vs Arab Saudi, Komang Tri Janjikan Permainan Terbaik

Baca Juga: Arya Bima Walikota Bogor Anggap Anies Baswedan Mau Bunuh Nyamuk Kok Pakai Meriam, Terkait PSBB

"Kita harus mengubah pemulihan dari pandemi menjadi peluang nyata untuk membangun masa depan yang lebih baik," tambahnya.

Laporan United in Science mengindikasikan bahwa perubahan iklim sering kali dirasakan melalui bahaya yang berhubungan dengan air, seperti kekeringan atau banjir.

Suhu yang lebih hangat menyebabkan penurunan gletser dan lapisan es dunia, yang mengancam pasokan air bersih. Lebih banyak massa gletser hilang antara tahun 2016 hingga 2019 dibandingkan periode lima tahun lainnya sejak 1950.

Baca Juga: Sedang Tayang Sinetron Putri Untuk Pangeran RCTI Jumat 11 September 2020, Mel Tersudut?

Baca Juga: Akan Tayang Sinetron Belenggu Dua Hati ANTV Jumat 11 September 2020, Anak Kejora Diculik

Di Pegunungan Himalaya saja, gletser ditemukan kehilangan massanya dengan ketebalan 14 inci setiap tahun sejak tahun 2012.

Beberapa daerah, seperti Eropa Tengah dan kawasan Kaukasus, sudah berada di titik kritis kekurangan pasokan air minum.

Dalam satu dekade terakhir, 1,9 miliar orang tinggal di tempat dengan air yang tidak mencukupi. Menurut laporan, angka itu akan meledak menjadi 3,2 miliar pada tahun 2050.

Baca Juga: Sedang Tayang Sinetron Bawang Putih Berkulit Merah di ANTV Jumat 11 September 2020, Bayu Kembali

Baca Juga: OnePlus 8 Harga dan Spesifikasi, Datang dengan Performa Mantap

Menurut analis, kelangkaan air menjadi perhitungan yang semakin penting dalam menentukan kelayakan kredit suatu negara.

Menurut Bank Dunia, produk domestik bruto beberapa negara bisa turun sebanyak 6 persen selama 30 tahun ke depan karena kekurangan air.

Negara-negara Timur Tengah seperti Kuwait dan Mesir adalah kawasan yang paling terpapar tekanan air dan risiko kekeringan.

Di sisi lain, perubahan iklim juga memicu banjir.

Baca Juga: LIVE STREAMING Timnas U19 Indonesia vs Arab Saudi U19 di Laga Pamungkas Nanti Malam

Baca Juga: LIVE STREAMING Timnas U19 vs Arab Saudi, Shin Tae-Yong Fokus Progres Pemain

Menurut data dari Panel Antar pemerintah tentang Perubahan, permukaan laut akan naik lebih dari tiga kaki dalam delapan dekade mendatang.

Sekitar 1,2 miliar orang saat ini menghadapi risiko banjir, populasi yang akan melonjak menjadi 1,6 miliar pada tahun 2050.

Menurut laporan tersebut, Bangladesh, Rwanda dan Vietnam menghadapi risiko banjir tertinggi.(Julkifli Sinuhaji/Pikiran Rakyat)***

Editor: Risco Ferdian

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah