SEMARANGKU - Presiden Israel pada hari Senin mengundang pemimpin de facto Uni Emirat Arab untuk mengunjungi Yerusalem, sedangkan Palestina merasa dikhianati karena sama saja mendukung Israel dan meninggalkan mereka.
Kunjungan pemimpin Uni Emirat Arab (UEA) ini ke Israel ini langsung dipuji Presiden Israel Reuven Rivlin, yang mengatakan jika peran pemimpin UEA dalam mencapai kesepakatan sangat mulia dan berani untuk menormalkan hubungan antara Israel dan UEA.
Sebelumnya kedua negara telah sepakat akan menjalin kerjasama di berbagai bidang. Mereka juga mengumumkan pada hari Kamis lalu, bahwa jalinan hubungan formal di bawah kesepakatan yang disponsori AS yang implementasinya dapat mengubah politik Timur Tengah, mulai dari masalah Palestina hingga berurusan dengan Iran, musuh bersama Israel dan Teluk Arab.
Baca Juga: Cara Dapatkan Uang Baru Pecahan Rp75.000 Hanya dengan Memakai KTP Bisa, Ikuti Langkah Ini
Baca Juga: Innova TRD Sportivo Limited dan Sienta Welcab Diluncurkan Toyota Bersamaan HUT RI ke-75
Dilansir dari kantor berita Reuters, kesepakatan itu langsung menimbulkan kemarahan dan kekecewaan di sebagian besar dunia Arab dan Iran, tetapi tidak terlalu bergejolak di seputaran Negara Teluk.
"Di hari-hari yang menentukan ini, kepemimpinan diukur dengan keberanian dan kemampuannya untuk menjadi terobosan dan berpandangan jauh ke depan," tulis Presiden Israel Reuven Rivlin dalam sebuah surat kepada Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan, putra mahkota Abu Dhabi.
“Saya yakin generasi mendatang akan menghargai cara Anda, para pemimpin yang berani dan bijak, telah memulai kembali wacana tentang perdamaian, kepercayaan, dialog antara masyarakat dan agama, kerja sama, dan masa depan yang menjanjikan,” tulis Rivlin.
Baca Juga: 3 Rekomendasi Tablet Samsung dengan Harga dibawah Rp5 Juta, Solusi untuk Belajar Online