Sekutu Belum Siap Hadapi China, Perang Belum Pecah Kongsi Sudah Bubar, Sekutu Tidak Kompak!

- 20 September 2021, 21:00 WIB
Kapal Induk China di Laut Natuna Utara, Sekutu Belum Siap Hadapi China, Perang Belum Pecah Kongsi Sudah Bubar, Sekutu Tidak Kompak!
Kapal Induk China di Laut Natuna Utara, Sekutu Belum Siap Hadapi China, Perang Belum Pecah Kongsi Sudah Bubar, Sekutu Tidak Kompak! /Foto: reuters/ Stringer///

SEMARANGKU - Negara Sekutu nampaknya belum siap menghadapi China jika terjadi perang.

Sekutu yang dipimpin Amerika masih harus menormalisasi hubungan antara negara Sekutu yang kini malah tidak kompak.

Pecahnya kongsi Sekutu terlihat dari marahnya Perancis saat dibentuknya AUKUS sebuah pakta pengamanan Indo Pacifik yang melibatkan 3 negara Sekutu.

Baca Juga: Reaksi Indonesia Terkait Aliansi AUKUS Hingga China Kecam Keras dan Prancis Meradang Karrena Dikhianati

Baca Juga: China Kecam Pakta Militer Bentukan Amerika Sama Inggris dan Australia, Perancis Marah Merasa Ditipu

Amerika, Inggris dan Australia adalah pakta kemanan yang dibentuk dengan nama AUKUS untuk menghadapi agresi China di Natuna Utara ataupun Pacifik.

Pecahnya Sekutu terlihat saat Perancis marah dengan menarik duta besar di AMerika dan Australia serta batalkan pertemuan pertahanan dengan inggris.

Kontrak atau proyek kapal selam diesel dari Australia dibatalkan dengan dibentuknya AUKUS karena Australia akan mendapatkan kapal selam nuklir buatan Amerika.

Dengan hal ini China bisa senyum-senyum meskipun China sendiri juga mengecam terbentuknya AUKUS untuk melawan mereka.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan bahwa ketiga negara tersebut berpotensi sangat merusak perdamaian dan stabilitas regional, mengintensifkan perlombaan senjata, dan merusak upaya non-proliferasi nuklir internasional.

"China selalu percaya bahwa mekanisme regional apa pun harus sesuai dengan tren perdamaian dan perkembangan zaman serta membantu meningkatkan rasa saling percaya dan kerja sama. Hal tersebut tidak boleh menargetkan pihak ketiga mana pun atau merusak kepentingannya," kata Zhao Lijian dalam pertemuan reguler di Beijing.

Sementara Perancis yang merasa ditinggalkan sebatangkara dan ditipu soal proyek kapal selam juga ikut mengutuk dibentuknya AUKUS.

Bagi Perancis hal ini sama saja menusuk dari belakang apa yang di;lakukan AUKUS kepadanya.

Namun bantahan dari Inggris cukup realistis soal pembentukan AUKUS ini tidak semata untuk menghadapi China namun demi keamanan regional kawasan pasifik.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa pakta militer AUKUS tidak dimaksudkan untuk bermusuhan dengan China, dan mengatakan kerja sama tersebut akan mengurangi biaya kapal selam nuklir Inggris generasi berikutnya.

“Sekarang kami telah menciptakan AUKUS, kami berharap dapat mempercepat pengembangan sistem pertahanan canggih lainnya termasuk di dunia maya, kecerdasan buatan, komputasi kuantum, dan kemampuan bawah laut,” kata Boris Johnson kepada parlemen.

Dengan adanya AUKUS maka praktis proyek milyaran dollar dari Australia untuk pembelian kapal selam batal.

Perancis menuduh Presiden Amerika Serikat Joe Biden menikamnya dari belakang dan bertindak seperti pendahulunya Donald Trump.

"Keputusan brutal, sepihak, dan tak terduga ini mengingatkan saya pada apa yang dulu dilakukan Trump," ujar Menteri Luar Negeri Perancis Jean Yves Le Drian kepada kantor berita Franceinfo.

"Saya marah dan kecewa. Hal tersebut seharusnya tidak dilakukan di antara Sekutu," tegas Le Drian.

Sementara pemimpin dari ketiga negara tersebut menekankan bahwa Australia tidak akan menggunakan senjata nuklir, tetapi menggunakan sistem propulsi nuklir untuk kapal selam untuk menjaga dari ancaman.

Sememntara negara di kawasan Asia memberikan respon terkait dibentuknya AUKUS untuk kemanan regional pasifik.

Jepang dan Singapura seolah memberikan lampu hijau dengan adanya AUKUS untuk pengamanan di pasifik.

Sementara Indonesia sendiri sebagai negara terbesar di kawasan Asia tenggara juga merespon hadirnya AUKUS ini.

Begini respon pemerintah Indonesia terkait AUKUS dilansir dari laman resmi Kemlu RI.

Dilansir dari situs resmi Kemlu Indonesia sendiri merespon pendirian AUKUS oleh AS dengan mengeluarkan 5 pernyataan pada hari Jumat 17 September 2021
 
1. Indonesia mencermati dengan penuh kehati-hatian tentang keputusan pemerintah Australia untuk memilik kapal selam bertenaga nuklir.
 
2. Indonesia sangat prihatin atas  terus berlanjutnya perlombaan senjata dan proyeksi kekuatan militer di kawasan.
 
3. Indonesia menekan pentingnya mendorong Australia untuk memenuhi kewajibanya mengenai non-proliferasi nuklir.
 
4. Indonesia mendorong Australia untuk terus memenuhi kewajibannya menjaga perdamaian, stabilitas, dan keamanan di kawasan sesuai dengan Treaty of Amity and Coopration .
 
5. Indonesia mendorong Australia dan pihak-pihak terkaitlainnya untuk terus mengedepankan dialog dalam menyelesaikan perbedaan secara damai. Dalam kaitan Indonesia menekankan pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional termasuk UNCLOS 1982 dalam menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan.
 
Indonesia terlihat sedikit was-was dengan kehadiran kapal selam nuklir nantinya di Australia setelah mendapatkan hibah dari Amerika Serikat.
 
AUKUS bagi Indonesia bisa menjadi ancaman tersendiri mengingat ada penggunaan teknologi nuklir pada alat perang Australia.
 
AUKUS pasti akan terus jalan meskipun Sekutu mulai tidak kompak terutama Perancis yang merasa dirugikan.
 
Bahkan untuk menghadapi China, Amerika merasa perlu bantuan negara lain baik Sekutu maupun negara Asia namun cara mereka membuat Perancis terluka dan tertipu.
 
AUKUS bentukan Sekutu minus Perancis tetap terus jalan demi mengamankan kawasan Indo Pacific dari ancaman militer China yang kini berubah menjadi raksasa dunia. ***

 

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah