Sekutu Belum Siap Hadapi China, Perang Belum Pecah Kongsi Sudah Bubar, Sekutu Tidak Kompak!

- 20 September 2021, 21:00 WIB
Kapal Induk China di Laut Natuna Utara, Sekutu Belum Siap Hadapi China, Perang Belum Pecah Kongsi Sudah Bubar, Sekutu Tidak Kompak!
Kapal Induk China di Laut Natuna Utara, Sekutu Belum Siap Hadapi China, Perang Belum Pecah Kongsi Sudah Bubar, Sekutu Tidak Kompak! /Foto: reuters/ Stringer///

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan bahwa ketiga negara tersebut berpotensi sangat merusak perdamaian dan stabilitas regional, mengintensifkan perlombaan senjata, dan merusak upaya non-proliferasi nuklir internasional.

"China selalu percaya bahwa mekanisme regional apa pun harus sesuai dengan tren perdamaian dan perkembangan zaman serta membantu meningkatkan rasa saling percaya dan kerja sama. Hal tersebut tidak boleh menargetkan pihak ketiga mana pun atau merusak kepentingannya," kata Zhao Lijian dalam pertemuan reguler di Beijing.

Sementara Perancis yang merasa ditinggalkan sebatangkara dan ditipu soal proyek kapal selam juga ikut mengutuk dibentuknya AUKUS.

Bagi Perancis hal ini sama saja menusuk dari belakang apa yang di;lakukan AUKUS kepadanya.

Namun bantahan dari Inggris cukup realistis soal pembentukan AUKUS ini tidak semata untuk menghadapi China namun demi keamanan regional kawasan pasifik.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa pakta militer AUKUS tidak dimaksudkan untuk bermusuhan dengan China, dan mengatakan kerja sama tersebut akan mengurangi biaya kapal selam nuklir Inggris generasi berikutnya.

“Sekarang kami telah menciptakan AUKUS, kami berharap dapat mempercepat pengembangan sistem pertahanan canggih lainnya termasuk di dunia maya, kecerdasan buatan, komputasi kuantum, dan kemampuan bawah laut,” kata Boris Johnson kepada parlemen.

Dengan adanya AUKUS maka praktis proyek milyaran dollar dari Australia untuk pembelian kapal selam batal.

Perancis menuduh Presiden Amerika Serikat Joe Biden menikamnya dari belakang dan bertindak seperti pendahulunya Donald Trump.

"Keputusan brutal, sepihak, dan tak terduga ini mengingatkan saya pada apa yang dulu dilakukan Trump," ujar Menteri Luar Negeri Perancis Jean Yves Le Drian kepada kantor berita Franceinfo.

Halaman:

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah