Dua Warga AS Ditahan Akibat Insiden Penembakan Presiden Haiti Jovenel Moise

- 10 Juli 2021, 18:09 WIB
Dua Warga AS Ditahan Akibat Insiden Penembakan Presiden Haiti Jovenel Moise. REUTERS/Estailove St-Val
Dua Warga AS Ditahan Akibat Insiden Penembakan Presiden Haiti Jovenel Moise. REUTERS/Estailove St-Val /STRINGER/REUTERS
 
SEMARANGKU - Dua warga AS-Haiti diyakini termasuk di antara 17 orang yang ditahan dalam penyelidikan pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise, menurut pihak berwenang setempat.
 
Leon Charles, kepala Kepolisian Nasional Haiti, bahwa 15 terdakwa lainnya diyakini orang Kolombia. Setidaknya 6 di antaranya menurut pemerintah Kolombia ialah mantan tentara.
 
Léon menambahkan bahwa tiga orang lainnya telah tewas dan pihak kepolisian masih memburu 8 orang lagi yang terlibat penembakan Presiden Haiti Jovenel Moise.
 
 
Pemerintah Kolombia belum merilis identitas para tersangka yang diyakini sebagai mantan tentara Kolombia, tetapi telah menghubungi komando tinggi tentara dan polisi nasional bekerja sama dalam penyelidikan insiden Haiti.
 
"Sebuah tim dibentuk dengan penyelidik terbaik, mengirim tanggal, waktu penerbangan, informasi keuangan yang sudah dikumpulkan untuk dikirim ke Port-au-Prince," kata Jenderal Jorge Luis Vargas Valencia, kepala polisi nasional Kolombia.
 
Sementara itu, Deplu AS menerangkan pihaknya menanggapi laporan bahwa ada warga Amerika keturunan Haiti yang ikut ditahan, tetapi belum ada konfirmasi dari Deplu.
 
 
Orang Amerika-Haiti akhirnya diketahui bernama James Solages dan Joseph Vincent. Menurut dokumen yang dibagikan oleh Menteri Pemilihan Haiti, Mathias Pierre.
 
Di sisi lain, Deplu Kanada juga memberi pernyataan yang tidak menyebut nama Solages tetapi mengatakan salah satu orang yang ditahan karena dugaan perannya dalam pembunuhan itu.
 
Serangan pada hari Rabu, orang-orang bersenjata menembak mati Moïse di kediaman pribadinya. Istrinya terluka parah dan saat ini dirawat di rumah sakit.
 
Akibatnya, perdana menteri interim Claude Joseph menyatakan terjadi 'pengepungan' di negara itu.
 
"Sesuai dengan pasal 149 Konstitusi, saya baru saja memimpin dewan menteri luar biasa dan telah memutuskan untuk menyatakan keadaan pengepungan di seluruh negeri," kata Joseph.
 
Haiti, negara termiskin di benua Amerika, telah terjadi banyak kekerasan yang dilakukan para geng dan yang terbaru melayangkan protes keras terhadap pemerintahan otoriter.
 
Moïse telah memerintah selama lebih dari setahun setelah gagal mengadakan pemilu, dan oposisi menuntut ia segera mundur dalam beberapa bulan, cara Moïse memimpin negara ini mengarah ke otoriterisme.
 
Terlepas dari ketertiban yang berlaku, ada kekacauan soal siapa yang mampu untuk mengambil kendali, kecemasan yang melanda rakyat Haiti. 
 
Terlihat dari jalanan di ibukota Haiti yang biasanya ramai, Port-au-Prince mendadak sepi pada hari Rabu 7 Juli. Tembakan sporadis terdengar dari kejauhan.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x