Menolak Rekonsiliasi Perdamaian dari Indonesia, Junta Myanmar Hari Ini Menembak Mati 9 Demonstran

- 19 Maret 2021, 19:49 WIB
Demonstran antikudeta berlindung di barikade saat bentrokan terjadi dengan aparat Myanmar di Yangon, 16 Maret 2021.
Demonstran antikudeta berlindung di barikade saat bentrokan terjadi dengan aparat Myanmar di Yangon, 16 Maret 2021. /Foto: Reuters/STRINGER/

SEMARANGKU – Kekerasan di Myanmar yang semakin tidak terkendali membuat Presiden Indonesia Joko Widodo turun tangan untuk menyerukan rekonsiliasi perdamaian.

Dilansir dari laman Reuters 19 Maret 2021, junta Myanmar menembak mati delapan demonstran hari ini Jumat, setelah Indonesia mendesak mereka untuk mengakhiri kekerasan.

Presiden Joko Widodo dalam pidatonya meminta rekonsiliasi perdamaian agar demokrasi pulih kembali dan mengakhiri kekerasan di Myanmar.

“Indonesia mendesak agar penggunaan kekerasan di Myanmar segera dihentikan agar tidak ada korban lagi. Keselamatan dan kesejahteraan masyarakat harus menjadi prioritas utama,” tegasnya dalam pidato virtual 18 Maret 2021.

 Baca Juga: Golongan Berikut Bisa Dapat DiskonToken Listrik dari PLN Hanya di Bulan Maret

Baca Juga: Sekolah Politik Perempuan Jawa Barat Akan Segera Hadir, Ridwan Kamil: Semangat Perempuan Indonesia

Baca Juga: Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo Resmikan Mall Pelayanan Publik Ketujuh di Salatiga

“Indonesia juga mendesak adanya dialog, agar rekonsiliasi segera dilakukan untuk memulihkan demokrasi, memulihkan perdamaian, dan memulihkan stabilitas,” tandasnya.

Presiden Joko Widodo juga meminta agar para pemimpin Asia Tenggara mengadakan pertemuan tingkat tinggi untuk menemukan jalan keluar dari krisis yang meningkat di Myanmar.

Pada aksi unjuk rasa Jumat ini, junta Myanmar tak hanya menembak mati delapan demonstran, tapi mereka juga menangkap dua wartawan yang merupakan reporter BBC.

Junta Myanmar menggunakan kekerasan yang semakin meningkat untuk menekan gelombang unjuk rasa oleh para pendukung Aung San Suu Kyi.

Mereka menggunakan gas air mata untuk membubarkan demonstran di pusat Kota Aungban dan kemudian melepaskan tembakan untuk membersihkan barikade demonstran.

 Baca Juga: Tinjau Vaksinasi di Bogor, Presiden Jokowi Berharap Laju Penularan Covid-19 Dapat Ditekan

Baca Juga: 180 Demonstran Tewas, Militer Myanmar Belum Tunjukkan Berhenti

Baca Juga: Tembak Saya Sebagai Gantinya, Biarawati Melindungi Anak-Anak di Myanmar

Seorang petugas layanan penguburan mengatakan, ada delapan orang yang tewas, tujuh di tempat dan satu terluka dan meninggal setelah dibawa ke rumah sakit di Kota Kalaw.

Kerusuhan yang sama terjadi di kota utama Yangon, polisi memakai kekerasan untuk membersihkan barikade demonstran.

Kerusuhan meluas hingga ke kota kedua Mandalay, pusat kota Myingyang, dan Katha serta Myawaddy di timur.

Menurut laporan terbaru kelompok Adovaksi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik, kerusuhan selama berminggu-minggu itu telah merenggut nyawa setidaknya 232 orang.

Untuk diketahui, informasi di Myanmar menjadi semakin sulit untuk diakses setelah junta membatasi layanan internet yang digunakan demonstran untuk mengatur dan melaporkan kejadian.***

Editor: Heru Fajar

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x