Kelompok Pro-Demokrasi di Thailand Kembali Unjuk Rasa Tuntut Perubahan Politik

20 September 2020, 10:39 WIB
Para pengunjuk rasa berkumpul di Sanam Luang, lapangan umum di depan Istana Kerajaan di Bangkok untuk menyerukan reformasi di monarki Thailand. (Foto: Pichayada Promchertchoo) /

SEMARANGKU - Ribuan massa pro-demokrasi kembali berkumpul di ibu kota Thailand untuk menggelar unjuk rasa terbesar dalam beberapa pekan terakhir untuk menuntut perubahan politik di negara tersebut pasca kudeta militer pada tahun 2014 yang membawa Perdana Menteri, Prayuth Chan-ocha ke tampuk kekuasaan.

Massa aksi pada Sabtu 19, September 2020 memasksa untuk masuk ke Universitas Thammasat Bangkok, sebuah institusi yang telah lama melambangkan demokrasi dalam sejarah politik negara tersebut.

Massa aksi bergerak menuju masuk ke lapangan Sanam Luang yang berada dalam wilayah Universitas tersebut yang juga berada di dekat istana kerajaan.

Baca Juga: Sinopsis Belenggu Dua Hati ANTV Episode 45 Minggu 20 September 2020, Aditya Bisa Dibebaskan

Baca Juga: Sinopsis Bawang Putih Berkulit Merah ANTV Episode 157 Minggu 20 September 2020, Kelicikan Eliza

Dilansir Semarangku dari Al Jazeera pada Minggu, 20 September 2020, puluhan ribu peserta aksi akan hadir dalam aksi protes yang direncanakan akan berlangsung hingga Minggu, 20 September 2020 ini.

unjuk rasa ini dihadiri oleh puluhan ribu orang, dengan pengunjuk rasa berencana untuk tetap berada di luar hingga Minggu. Polisi mengatakan mereka akan mengerahkan ribuan petugas.

“Sebagai warga negara, kita harus bisa memperjuangkan hak-hak kita. Kita sekarang sudah menerobos gerbang pertama ini dan kita akan terus menerobos sampai kita berdemokrasi,” sebut salah satu aktivis mahasiswa sambil mengerahkan massa aksi.

Baca Juga: Pilih Transaksi Digital Selama Masa PSBB, Simak Cara Top Up ShopeePay

Terkait hal ini, Kepolisian setempat mengatakan akan mengerahkan ribuan petugas saat aksi protes berlangsung.

Beberapa saat sebelumnya, ketegangan meningkat ketika terjadi bentrokan antara pengunjuk rasa dan seorang petugas keamanan.

Gerakan pro-demokrasi yang dipimpin kelompok mahasiswa ini telah menyerukan tiga perubahan signifikan pada struktur kekuasaan Thailand, yakni pembubaran parlemen, perubahan konstitusi, dan penghentian tindakan intimidasi terhadap para aktivis.

Baca Juga: Jadwal Live Streaming Timnas U-19 Indonesia vs Qatar Malam Ini, Uji Coba Laga Kedua - Friendly Match

Baca Juga: Jadwal dan Live Streaming MotoGP Emilia Romagna Misano di Trans 7 dan TV Online

Massa aksi menilai bahwa suara mereka dalam pemilihan umum yang lama tertunda tahun lalu telah diabaikan setelah Prayuth, mantan jenderal angkatan darat tetap menjabat sebagai perdana menteri dengan dukungan dari Senat yang tidak terpilih dan partai-partai kecil, meskipun partai pro-militer Palang Pracharat menempati urutan kedua.

Menyusul kudeta 2014, Prayuth membatalkan konstitusi negara dan meminta militer menyusun piagam baru yang meningkatkan kekuasaan raja dan memungkinkan militer menunjuk Senat beranggotakan 250 orang yang akan memiliki suara dalam memilih perdana menteri baru.

Para pengunjuk rasa juga secara terbuka membahas monarki Thailand di depan umum, beberapa diantaranya menyerukan agar segera dilakukan reformasi kekuasaan.

Baca Juga: Jadwal Acara RCTI Hari Ini Minggu, 20 September 2020, Ada Dragon Ball Super

Baca Juga: Inovasi PC Lipat Pertama di Dunia dari Lenovo bagian dari ThinkPad X1 Premium

Kritik dan tuntutan publik yang semakin sengit seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya di negara tersebut.

Hal ini karena institusi kerajaan di Thailand dilindungi oleh undang-undang lese majeste atau pasal penghinaan kepala negara yang ketat yang dapat menimbulkan hukuman penjara hingga 15 tahun.

Gerakan pro-demokrasi telah berkembang sejak pertengahan Juli lalu, tetapi awalnya dimulai ketika pengadilan tertinggi Thailand pada bulan Februari memutuskan untuk membubarkan Partai FFP yang populer.

Baca Juga: Daftar Tanaman yang Dipercaya Pembawa Sial, Hindari 10 Jenis Ini!

Baca Juga: Jadwal Acara Global TV Hari Ini Minggu, 12 September 2020, Ada Naruto Shippuden: Last Shinobi

Dipimpin oleh miliarder karismatik, Thanathorn Juangroongruangkit, FFP memenangkan jumlah kursi parlemen tertinggi ketiga dalam pemilihan Maret 2019 dan dipandang sebagai ancaman bagi lembaga politik.

Pandemi virus korona menghentikan pergerakan sementara pada bulan Maret tetapi protes dilanjutkan ketika kasus mulai turun.

Dan pada bulan Juni, hilangnya Wanchalerm Satsakit, seorang aktivis terkenal yang diculik di depan umum di luar apartemennya di ibu kota Kamboja, Phnom Penh, menjadi pemicu yang mendorong protes yang lebih besar.

Baca Juga: Jangan Tunda! Segera Unduh Dokumen Ini Agar Lolos Kartu Prakerja Gelombang 9

Baca Juga: Jadwal Acara MNCTV Hari Ini, Minggu 20 September 2020, Ada Nonton Lagi Konser Betrand Peto

Demonstrasi yang awalnya dipimpin oleh kelompok pemuda telah tumbuh secara konsisten lebih besar, menarik warga dari semua kelompok umur dan lapisan masyarakat di tengah meningkatnya ketidakpuasan atas ketidaksetaraan ekonomi yang meluas di Thailand.

Seorang alumni sebuah universitas di Tahiland, Mook (21) baru-baru ini mengatakan bahwa ia akan ikut berpartisipasi dalam protes untuk memperjuangkan masa depan yang lebih baik.

"Kami tidak senang dengan pemerintah, ini sangat sederhana. Tahun lalu, ketika saya masih kuliah, menjadi jelas bagi kami betapa sulitnya masa depan kami jika tiga tuntutan politik ini tidak terwujud,” sebutnya.

"Jadi hari ini, saya mengikuti kegiatan ini karena menurut saya Thailand sangat membutuhkan demokrasi,” tambahnya. ***

Editor: Risco Ferdian

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler