Taliban Desak Amerika Akui Pemerintahannya, Ancam Kegagalannya di Afghanistan Bisa Pengaruhi Dunia

31 Oktober 2021, 17:00 WIB
Taliban Desak Amerika Akui Pemerintahannya, Ancam Kegagalannya di Afghanistan Bisa Pengaruhi Dunia. /Reuters/Stringer/

SEMARANGKU - Pemerintahan Taliban di Afghanistan hingga saat ini masih belum diakui oleh Amerika.

Merasa terdesak, pemerintahan Taliban pun mengingatkan Amerika bahwa dampaknya akan turut memengaruhi dunia.

Pasalnya kondisi ekonomi Afghanistan usai direbut Taliban kini kian memburuk. 

Baca Juga: Link Live Streaming Bali United vs PSIS Semarang BRI Liga 1  Kick Off 20.45 WIB, Live di Indosiar

Taliban pada Sabtu meminta Amerika Serikat dan negara-negara lain untuk mengakui pemerintahnya di Afghanistan.

Dengan mengatakan bahwa kegagalan untuk melakukannya dan pembekuan dana Afghanistan yang terus berlanjut di luar negeri akan menimbulkan masalah tidak hanya bagi negara tetapi untuk dunia.

"Pesan kami kepada Amerika adalah, jika tidak diakui terus, masalah Afghanistan berlanjut," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid.

"Itu adalah masalah kawasan dan bisa berubah menjadi masalah bagi dunia," lanjutnya dikutip Semarangku dari Reuters.

Dia mengatakan alasan Taliban dan Amerika Serikat berperang terakhir kali juga karena keduanya tidak memiliki hubungan diplomatik formal.

Baca Juga: Menurut Primbon Jawa, Pemilik 3 Weton Ini Miliki Nasib Keuangan yang Stabil di Bulan November 2021

Amerika Serikat menginvasi Afghanistan pada tahun 2001 setelah serangan 11 September 2001. 

Setelah pemerintah Taliban saat itu menolak untuk menyerahkan pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden.

"Isu-isu yang menyebabkan perang itu, bisa diselesaikan melalui negosiasi, bisa juga diselesaikan melalui kompromi politik," katanya.

Dia menambahkan bahwa pengakuan adalah hak rakyat Afghanistan.

Meskipun tidak ada negara yang mengakui pemerintahan Taliban, para pejabat senior dari sejumlah negara telah bertemu dengan para pemimpin gerakan itu baik di Kabul maupun di luar negeri.***

Editor: Khansa Amirah Rasyida

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler