Afghanistan Terancam Gelap Gulita Akibat Tunggakan Tagihan Listrik Negara

7 Oktober 2021, 19:15 WIB
Ilustrasi Afghanistan, Afghanistan Terancam Gelap Gulita Akibat Tunggakan Tagihan Listrik Negara //Reuters/WANA

SEMARANGKU – Pasca dikuasai oleh Taliban, Afghanistan kini sedang menghadapi krisis listrik akibat tunggakan tagihan listrik negara yang semakin membengkak. Jika gagal membayar tagihan listrik, maka seluruh wilayah Afghanistan terancam gelap gulita.

Dilansir Semarangku dari Reuters pada Rabu 6 Oktober 2021, perusahaan listrik negara Afghanistan telah mengajukan permohonan ke Misi Bantuan PBB untuk memberikan bantuan finansial sebanyak $90 juta.

Bantuan finansial tersebut digunakan untuk menyelesaikan tagihan yang belum dibayar kepada pemasok listrik Asia Tengah, sebelum listrik terputus untuk Afghanistan mengingat batas waktu tiga bulan untuk pembayaran telah berlalu.

Baca Juga: Taliban Buat Gadis-gadis Afghanistan Merasa Cemas Menunggu Pendidikan Mereka

Baca Juga: Beberapa Faktor Penyebab Munculnya Taliban dan Kekacauan di Afghanistan, Mulai dari Komunis Hingga AS

Sejak Taliban menguasai Afghanistan dari pertengahan Agustus 2021, tagihan listrik belum dibayarkan ke negara-negara tetangga yang memasok sekitar 78% dari kebutuhan listriknya.

Hal ini tentu saja menimbulkan masalah baru bagi pemerintah Taliban yang bergulat dengan krisis uang tunai dalam perekonomian, karena Amerika Serikat dan sekutu lainnya membekukan cadangan luar negeri Afghanistan.

Afghanistan biasanya membayar tagihan listrik dengan total $20 juta hingga $25 juta per bulan ke Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Iran, namun sekarang tunggakan tagihan listrik yang belum dibayar mencapai $62 juta.

Safiullah Ahmadzai yang menjabat sebagai CEO Da Afghanistan Breshna Sherkat pada Rabu 6 Oktober 2021 mengatakan bahwa, negara-negara tetangga bisa saja dapat memotong pasokan listrik kapan saja mereka mau

“Kami telah meminta UNAMA di Kabul untuk membantu rakyat Afghanistan membayar pemasok listrik negara itu sebagai bagian dari bantuan kemanusiaan mereka,” kata Safiullah Ahmadzai melalui telepon, merujuk pada Misi Bantuan PBB di Afghanistan.

Dia juga mengatakan bahwa sekitar $90 juta diminta dari Misi Bantuan PBB karena tagihan yang belum dibayar akan melonjak menjadi sekitar $85 juta dalam seminggu.

“Misi Bantuan PBB belum menanggapi permintaan itu,” kata Safiullah Ahmadzai.

Saat ini, tidak ada pemadaman listrik yang signifikan sekarang di Kabul atau di tempat lain di Afghanistan. Safiullah Ahmadzai mengatakan hanya 38% dari 38 juta penduduk Afghanistan yang saat ini memiliki akses listrik.

Menurut juru bicara Taliban yaitu Bilal Karimi, pemerintah Taliban juga sedang berusaha untuk membayar tagihan listrik dan telah meminta negara-negara tetangga untuk menghindari pemutusan pasokan listrik.

“Kami memiliki hubungan yang baik dengan mereka dan kami tidak berharap mereka berhenti memberi kami kekuatan,” tambah Bilal Karimi melalui telepon.

Ketika Taliban meraih kekuasaan setelah penarikan Amerika Serikat dari Afghanistan, perusahaan listrik negara Afghanistan telah berjuang untuk mengumpulkan pembayaran dari konsumen karena situasi keamanan dan kondisi ekonomi yang suram.

Pemadaman listrik biasa terjadi di Afghanistan, bahkan sejak pemerintah yang didukung Amerika Serikat berkuasa.

Sebelumnya, Taliban juga ikut bertanggung jawab atas peristiwa penyerangan menara transmisi pada tahun lalu, yang menyebabkan pemadaman listrik di Kabul.

Afghanistan membutuhkan sekitar 1.600 megawatt listrik setiap tahun. Saifullah Ahmadzai mengatakan sumber listrik domestik Afghanistan, yang meliputi pembangkit listrik tenaga air, panel surya dan bahan bakar fosil, memenuhi sekitar 22% dari kebutuhan negara.***

Editor: Heru Fajar

Tags

Terkini

Terpopuler