Waduh! Republikan Malah Dukung Dakwaan DPR AS Terhadap Donald Trump, Ternyata Ini Alasannya

14 Januari 2021, 12:30 WIB
Donald Trump.* /Instagram.com/@flotus/

SEMARANGKU - Waduhh! Republikan malah dukung dakwaan DPR AS terhadap Trump, apa alasan mereka? Mari simak penjelasan berikut.

Donald Trump pada hari Rabu, 13 Januari 2021 menjadi presiden pertama dalam sejarah AS yang dimakzulkan dua kali.

Hal tersebut dikarenakan 10 rekannya dari Partai Republik bergabung dengan Partai Demokrat bahkan menjadi bagian dari DPR yang turut mendakwa Trump dalam kasus penghasutan terhadap para pemberontak di Capitol minggu lalu.

Baca Juga: ShopeePay Bagikan Lima Inspirasi Resolusi Tahun 2021

Baca Juga: Disuntik Vaksin, Wakil Ketua DPRD Jateng Malah Ingat Momen saat Sunat

Perolehan suara di DPR yang dikenalikan oleh Demokrat dengan perolehan 232-197 berakibat pada dilakukannya pemakzulan cepat. Disisi lain pemakzulan cepat akan berakibat pada penggulingan Trump sebelum masa jabatan empat tahunnya berakhir dan Presiden baru dari Partai Demokrat, Joe Biden dilantik pada tanggal 20 Januari 2021.

Namun, pemimpin mayoritas Senat dari Partai Republik, Mitch McConnell menolak adanya seruan dari Demokrat untuk melakukan sidang pemakzulan cepat, dengan dalih tidak ada alasan untuk dilakukan pemakzulan cepat sebelum Trump meninggalkan jabatannya.

Bahkan DPR mengeluarkan satu artikel berjudul “menghasut pemberontak” yang ditujukan kepada pidato Trump yang disampaikan kepada ribuan pendukung yang tak lama sebelum massa pro-Trump mengamuk di Capitol.

Baca Juga: Sejarah Baru, Donald Trump Jadi Presiden AS Pertama yang Dimakzulkan Dua Kali

Baca Juga: Pakai Sarung dan Pecis Khas Santri, Gus Yasin Disuntik Vaksin dan Beri Pesan Ini

Massa mengganggu formalitas kemenangan Biden atas Trump dalam pemilihan yang dilakukan pada 3 November 2020 dengan mengirim anggota parlemen yang bersembunyi dan menewaskan lima orang termasuk seorang petugas kepolisian.

Selama pidato, Trump mengulangi klaim palsu bahwa pemilihan itu curang dan mendesak para pendukungnya untuk berbaris di Capitol.

Dalam pernyataan video yang dirilis setelah pemungutan suara, Trump tidak menyebut pemungutan suara dan tidak bertanggung jawab atas pernyataannya kepada pendukung pekan lalu, tetapi mengutuk terhadap tindak kekerasan yang terjadi.

Baca Juga: Kabar Syekh Ali Jaber Meninggal Dunia Dikonfirmasi Jubir Yayasan

Baca Juga: Syekh Ali Jaber Meninggal Dunia, Ini Pengakuan Sang Mertua

“Kekerasan massa bertentangan dengan semua yang saya yakini dan semua yang diperjuangkan oleh gerakan kami. Tidak ada pendukung sejati saya yang bisa mendukung kekerasan politik. Tidak ada pendukung sejati saya yang bisa tidak menghormati hukum dan ketertiban, ”kata Trump, dikutip dari Reuters.

Dengan ribuan pasukan Garda Nasional yang membawa senapan di dalam dan di luar Capitol, debat emosional terjadi di ruang DPR yang didalamnya terdapat para anggota parlemen berjongkok di bawah kursi dan mengenakan masker gas pada 6 Januari 2021 ketika para perusuh bentrok dengan petugas kepolisian di luar pintu.

"Presiden Amerika Serikat menghasut pemberontakan ini, pemberontakan bersenjata melawan negara kita bersama," kata Ketua DPR Nancy Pelosi, seorang Demokrat, di lantai DPR sebelum pemungutan suara. "Dia harus pergi. Dia jelas dan menghadirkan bahaya bagi bangsa yang kita cintai."

Baca Juga: Inna Lillahi, Syekh Ali Jaber Meninggal Dunia Pukul 08.30 WIB Kamis Pagi

Baca Juga: Ganjar Pranowo Tak Tinggalkan RS, Tunggu Gejala Efek Samping Setelah Divaksin Karena Rasakan Ini

Pada ucapan selanjutnya, sembari menandatangani artikel pemakzulan sebelum dikirim ke Senat "dengan sedih, dengan hati hancur atas apa artinya ini bagi negara kita."

Tidak ada presiden AS yang pernah dicopot dari jabatan melalui pemakzulan kecuali tiga saja yaitu: Trump pada 2019, Bill Clinton pada 1998, dan Andrew Johnson pada 1868 yang sebelum dimakzulkan oleh DPR mendapat pembebasan dari Senat.

Anggota Kongres Demokrat Joaquin Castro menyebut Trump sebagai "orang paling berbahaya yang pernah menduduki Ruang Oval." Anggota Kongres Maxine Waters menuduh Trump menginginkan perang saudara dan sesama Demokrat Jim McGovern mengatakan presiden "menghasut percobaan kudeta."***

Editor: Meilia Mulyaningrum

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler