Racikan Soto Mantan Perakit Bom Murid Dokter Azhari Ternyata Diminati Ganjar Pranowo

- 14 Maret 2021, 17:09 WIB
Ganjar Pranowo mencoba racikan soto mantan teroris anak buah doketr Azahari
Ganjar Pranowo mencoba racikan soto mantan teroris anak buah doketr Azahari /Dok Humas Prov Jateng
 
SEMARANGKU - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo bersama sang istri, Siti Atikoh menyempatkan mencoba bakso mantan teroris peracik bom murid Dokter Azahari.
 
Kebiasaan Ganjar Pranowo bersepeda di weekend dimanfaatkan untuk bersepeda di wilayah Tawangmangu, Karanganyar, Solo.
 
Ganjar Pranowo menyempatkan makan di warung soto milik seorang mantan teroris ahli perakit bom yang kini sudah berwiraswasta.
 
Ganjar memang hampir setiap pagi olahraga bersepeda di wilayah Semarang dan sekitarnya.Namun berbeda kali ini, Ganjar beserta istri bersepeda di wilayah Tawangmangu.
 
Setelah beberapa saat bersepeda dari pagi, sekitar pukul 9.00 WIB, Ganjar mampir di salah satu warung soto yang beratapkan "besi seng" bertuliskan "Bang Jack" yang berlokasi di Gang Kurma VI, Tangkil Baru, Manang, Kecamatan Grogol, Karanganyar, Solo.
 
 
 

Pemilik warung soto di Kabupaten Karanganyar ini seorang pria bernama Joko Trihermanto atau yang biasa disapa Jack Harun (45), dulunya adalah ahli merakit bom dan spesialis pemegang "timer" bom.
 
"Dulu saya memang ahli meracik bom hasil belajar langsung dari Dokter Azahari, eh ternyata keahlian saya meracik itu bisa saya pakai juga untuk meracik soto. Kata pengunjung yang beli sih enak," kata Jack dengan nada bercanda kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
 
Joko Triswanto atau biasa dipanggil Jack Harun melayani pengunjung warung sotonya memakai kopiah, kaos, dan celana cingkrang serta bersepatu kulit pada Minggu pagi itu, menyambut Ganjar beserta istri dengan ramah.
 
"Warung ini sudah 5 tahun. Saya memang suka kuliner, ketika keluar tahanan saya pernah kerja di restoran dan pernah punya angkringan," kata eks narapidana teroris yang saat itu divonis 6 tahun penjara dan keluar pada tahun 2008 itu.
 
Jack Harun yang mengaku lulusan S1 Fakultas Pendidikan Universitas 11 Maret Solo (UNS) itu menceritakan bahwa, dulu dirinya aktif dalam terorisme sejak tahun 1999 di Poso dan Ambon.
 
Kemudian sebagai timer dan peramu bom Bali 1 tahun 2002.  Jack seringkali mendapat tugas dari Dokter Azahari sebagai pelaku yang memutuskan kapan waktunya bom di ledakan atau istilahnya disebut dengan "timer". 
 
 
 
 
Jack juga pernah terlibat perampokan bersama Noordin M.Top di sebuah perusahaan di daerah Malang, Jawa Timur. 
 
"Tapi sekarang saya sudah bertekat kembali ke pangkuan pertiwi dan berbaur dengan masyarakat, salah satu caranya warung Soto ini. Di warung ini juga pernah ada beberapa eks napiter yang bekerja di sini secara bergantian," ujar bapak dari 6 anak ini.
 
Namun,tidak semua pekerja di warung soto Jack adalah eks napiter. Salah satu di antaranya seorang remaja non-muslim. "Tapi dia (pekerja non-muslim) saat ini sedang libur, karena beribadah ke Gereja," ungkap pria kelahiran Kulonprogo, 1 Desember 1976 ini.
 
Warung Soto "Bang Jack" yang cukup luas ini terdapat 10 meja dan 20 bangku. Warung di buka mulai pukul 05.30 dan tutup pukul 10.30. Jack juga menjelaskan kepada Ganjar bahwa sekali dalam sebulan, yaitu pada Jumat minggu pertama, Jack menggratiskan seluruh dagangannya kepada masyarakat yang ingin makan soto di warungnya.
 
"Namanya Jumat Barokah, semua pengunjung dapat gratis makan di sini. Dengan mengadakan seperti ini, setidaknya setiap bulan ada orang yang ngangeni saya," kata Jack seraya tertawa.
 
 
 
 
 
Ganjar yang mendengar cerita langsung dari Jack Harun tersebut sangat mengapresiasi.  Menurut Ganjar, Jack Harun dengan mudah dapat diterima kembali oleh masyarakat karena ada niat baik dan bertaubat dari yang bersangkutan.
 
"Ini adalah cara reintegrasi sosial yang menarik. Selain berwirausaha bikin warung soto yang menurut saya ueenakk ini, Mas Jack juga sering memberikan edukasi terhadap anak-anak muda tentang bahaya terorisme dan radikalisme," kata Ganjar. 
 
Ganjar menambahkan, pemerintah akan memberikan dukungan lewat program-program bagi eks napiter supaya dapat diterima baik oleh masyarakat.
 
"Kalau mereka (eks napiter, RED) bekerja sesuai passion-nya, itu enak karena pemerintah tinggal memberikan kebutuhannya apa saja. Tapi kalau mereka belum punya ketrampilan, maka kami perlu memberikan pelatihan dulu," terang Ganjar sambil menikmati soto dari mantan peramu bom didikan Dokter Azahari. ***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x