Jawa Tengah Terapkan Program Sekolah Virtual dari Ganjar Pranowo dengan Teknis 30 persen Tatap muka

12 November 2020, 19:45 WIB
Sekolah Virtual Jawa Tengah /Semarangku/Dok. Humas Prov Jateng/

SEMARANGKU - SMAN 3 Brebes dan SMAN 1 Kemusu Boyolali telah menerapkan program sekolah virtual yang diinisiasi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Teknisnya, pembelajaran virtual sebanyak 70 persen, dan sisanya, 30 persen untuk pembelajaran tatap muka.

"Maksimal nanti hanya 30 persen saja yang tatap muka. Lainnya, dengan cara sekolah virtual," tutur Kepala Bidang Pembinaan SMA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, Syamsudin Isnaini, dihubungi via telepon, Kamis, 12 Oktober 2020.

Baca Juga: Kasusnya Ingin Diungkit Lagi, Habib Rizieq: Bagaimana dengan Denny Siregar dan Abu Janda?

Baca Juga: Tenang! Telkomsel Bagikan Paket Unlimited untuk Solusi Lain Kuota Internet Gratis, Ini Cara Dapatnya

Menurutnya, pembelajaran tatap muka dilakukan untuk mengumpulkan siswa kelas virtual. Seperti halnya saat pertemuan awal, siswa kelas virtual dikumpulkan dulu agar mendapatkan penjelasan. Misalnya, soal penjelasan buku modul dan hal terkait lain pada kelas virtual. 

"Nanti pada saat akan kenaikan kelas atau ujian, juga akan ketemu lagi," terang dia lebih lanjut.

Soal pembelajaran dengan metode tatap muka yang dapat dilakukan 30 persen di kelas virtual, kata dia, diarahkan untuk pengenalan lingkungan, metode pembelajaran,  bimbingan konseling, tugas laboratorium, dan lainnya. Karena sifatnya memang harus dilaksanakan secara tatap muka. Dalam artian, kelas virtual tetap pada konsep awal dengan pembelajaran berbasis IT.

Baca Juga: Syarat Dapat Bantuan Modal Rp 2,4 Juta dari Program BPUM UMKM, Cek Cara Daftar BLT di Sini

Baca Juga: Simak Cara Dapatkan Diskon Tarif Listrik PLN yang Telah Diperpanjang untuk UMKM dan IKM

Syamsudin menuturkan, sementara ini sekolah virtual masih sebatas dilakukan di Brebes dan Boyolali sampai pada penghabisan tahun ajaran 2020/2021. Dengan demikian, sekolah virtual belum bisa dibuka di sekolah lain lagi sampai pada tahun ajaran baru berikutnya.

"Di tengah jalan buka sekolah lagi, kan enggak bisa. Nanti bila ada PPDB lagi, kebijakannya mau berapa, kan. Nanti akan dikaji," terangnya lebih lanjut.

Sementara ini, sekolah virtual telah diikuti 72 siswa. Atau masing-masing sekolah diikuti 36 siswa. Sejauh ini, siswa dari keluarga kurang mampu merasa terbantu dengan sekolah virtual.

Baca Juga: Siap-siap Cair! Ini Jadwal dan Cara Dapat Kuota Internet Gratis Kemdikbud di Telkomsel-Indosat-Tri

Baca Juga: Meskipun di Masa Pandemi, Ekspor Briket Batok Kelapa Jateng Naik, Ganjar Pranowo: Ini Keren!

"Dari sisi akses, (sekolah virtual) diutamakan untuk anak didik dari keluarga kurang mampu. Program ini kan sangat bermanfaat," sambungnya.

"Jadi memang anak-anak yang kemarin tidak ada harapan untuk masuk sekolah dan di sekolah negeri. Di dua kelas ini, dapat," jelas Syamsudin.

Angka anak tidak sekolah karena permasalahan biaya, tercatat di Jawa Tengah mencapai sekitar 45 ribu. Dengan adanya kelas virtual itu sama saja sudah membantu anak-anak tersebut tetap  bisa meneruskan sekolahnya. 

Baca Juga: Cara Belanja Hemat untuk Meriahkan 11.11, Lihat Caranya Disini

Baca Juga: Misteri Di Balik Bungkamnya Tiongkok dan Rusia Atas Kemenangan Joe Biden dan Kamala Harris

Meski demikian, tidak hanya sekolah virtual yang menjadi satu-satunya program mengurangi angka putus sekolah. Tapi juga ada peran sekolah swasta. "Dari sekolah swasta mau memfasilitasi meringankan beban anak sekolah," tambahnya. ***

Editor: Risco Ferdian

Tags

Terkini

Terpopuler