"Pernyataan seperti itu bisa memecah belah persatuan antar umat beragama di dunia, di saat dunia memerlukan persatuan untuk menghadapi pandemi Covid-19," ujar presiden Jokowi.
Jokowi menyatakan bahwa kebebasan berekspresi tetap ada Batasan dalam penyampaianya.
Baca Juga: Tinggal 2 Hari, Segera Daftar Kartu Prakerja Gelombang 11, Pakai Cara Ini Biar Cepat Lolos Seleksi
Jika sudah mencederai kehormatan, kesucian dan kesakralan nilai agama hal itu sudah tidak dapat ditolerir.
Awal mula kejadian ini adalah ketika adanya pembunuhan yang dilakukan terhadap seorang guru sejarah bernama Samuel Paty pada 16 Oktober 2020 lalu dipinggiran Prancis.
Samuel Paty dipenggal oleh seorang pendatang dari Chechnya, Abdullah Abouyezidovitch, yang marah karena Paty memperlihatkan gambar atau karikatur Nabi Muhammad SAW didepan murid-murid dengan alasan kebebasan berekspresi.
Baca Juga: MUI Keluarkan Surat Edaran Boikot Produk Prancis di Indonesia Tuntut Emmanuel Macron Minta Maaf
Terkait dengan hal itu Presiden Macron mengatakan jika Samuel Paty hanya mengajarkan kebebasan berekspresi kepada para siswanya. Namun selain itu ada hal penting yang dikatakan Emmanuel Macron yang berakibat pada kemarahan umat muslim di dunia.
Saat itu Emmanuel Macron mengatakan bahwa "Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis saat ini, di seluruh dunia”.