Memperingati Serangan Umum 1 Maret 1494: Kenali Sejarah dan Makna Dibalik Peristiwanya

- 1 Maret 2023, 17:50 WIB
Tentara republik merebut kembali Yogyakarta dalam pertempuran 6 jam yang jadi bagian dari Serangan Umum 1 Maret 1949.
Tentara republik merebut kembali Yogyakarta dalam pertempuran 6 jam yang jadi bagian dari Serangan Umum 1 Maret 1949. /gahetna.nl/

SEMARANGKU - Sejarah Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta yang perlu kita ketahui.

Serangan Umum 1 Maret 1949 merupakan serangan yang dilakukan di kota Yogyakarta yang telah direncanakan dan dipersiapkan dengan baik.

Serangan Umum 1 Maret ini dilakukan pejuang Indonesia terhadap tindakan Belanda yang semena-mena di indonesia.

Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 ini memberikan pengaruh besar terhadap penegakan dan kedaulatan Negara Indonesia. 

Baca Juga: 16 Februari Dalam Sejarah, Dari Pelantikan Fidel Castro Hingga Ulang Tahun Valentino Rossi

Berikut adalah sejarah singkat dari peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dilansir dari Naskah Akademik berjudul Serangan Umum 1 Maret 1949 sebagai Hari Nasional Penegakan Kedaulatan Negara milik Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Hal yang melatarbelakangi Serangan Umum 1 Maret 1949 ini adalah untuk menghentikan upaya sepihak  Belanda yang tidak mengakui kedaulatan Indonesia. Hal ini ditandai dengan Agresi Militer Belanda 1 dan 2 serta pelanggaran Belanda terhadap Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Renville.

Peristiwa ini diawali dengan perpindahan Ibukota Negara Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta pada 4 Januari 1946 atas usulan Sri Sultan Hamengkubuwono IX karena pasukan sekutu mulai melakukan aksi teror dan melakukan percobaan pembunuhan.

Baca Juga: Jelang Pemilu 2024, Median Dapati Survei 36 Persen Netizen Inginkan Capres Lebih dari 3

Pada tanggal 15 November 1946 karena situasi Indonesia, Indonesia dan Belanda menandatangani Perjanjian Linggarjati, berisi tentang Belanda yang mengakui wilayah kekuasaan Indonesia meliputi Sumatra, Jawa, dan Madura. Tetapi Belanda melanggar Perjanjian Linggarjati dan melakukan Agresi Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli sampai 5 Agustus 1947. 

Kemudian, Belanda merencanakan Agresi Militer II untuk merebut Yogyakarta dan hal tersebut didengar oleh Soekarno dan Mohammad Hatta, sehingga mereka melakukan  Sidang Kabinet untuk menyusun skenario dalam menyelamatkan Indonesia. Sidang Kabinet tersebut diadakan pada tanggal 19 Desember 1948.

Seperti yang telah direncanakan, Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melakukan Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta. Agresi tersebut membuat Presiden, Wakil Presiden, dan beberapa menteri diasingkan di beberapa wilayah Indonesia. Belanda juga menyebarkan propaganda bahwa Indonesia sudah tidak ada lagi.

Pada awal Februari 1949, berita tentang sidang PBB yang membahas nasib Indonesia didengar oleh Sultan Hamengkubuwono IX sehingga dia menyampaikan kepada Jenderal Sudirman agar melakukan Serangan Umum dari segala penjuru yang melibatkan seluruh elemen kekuatan Republik Indonesia. 

Akhirnya pada 1 Maret 1949, pasukan TNI, elemen kekuatan Republik Indonesia, dan masyarakat melakukan penyerangan di Yogyakarta dari segala penjuru. Dari serangan ini, Indonesia dapat menduduki Yogyakarta selama 6 jam dan berita perebutan kembali Yogyakarta disiarkan ke seluruh dunia melalui siaran radio.

Negara-negara bentukan Belanda yang di Indonesia mengetahui keadaan tersebut dan kembali memihak Indonesia, dan Dewan Keamanan PBB juga menggunakan berita serangan ini untuk mendesak Belanda agar segera kembali berunding dengan Indonesia.

Pada tanggal 29 Juni 1949, Yogyakarta secara resmi kembali di tangan Indonesia. Kemudian di tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949, Indonesia, Belanda dan negara bentukan belanda yang ada di Indonesia melakukan Konferensi Meja Bundar dengan hasil pengakuan Belanda terhadap Kedaulatan Indonesia.

Peristiwa Serangan Umum 1 Maret membuat banyak negara Bentukan belanda yang ada di Indonesia kembali di tangan indonesia dan kedaulatan Indonesia telah resmi di mata Internasional. 

Serangan Umum 1 Maret ini memiliki makna yang penting dalam menegakkan dan pengakuan atas kedaulatan negara Indonesia karena dengan adanya peristiwa ini Indonesia masih ada dan mampu memberikan perlawanan kepada Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. ***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x