Jokowi Bertemu PM Inggris Perkuat Kerja Sama Di Sela G7, Potensi EBT Indonesia Cukup Besar

- 28 Juni 2022, 19:35 WIB
Presiden Jokowi saat bertemu PM Inggris Boris Johnson
Presiden Jokowi saat bertemu PM Inggris Boris Johnson /Layli Rachev biro pers/

SEMARANGKU - Kunjungan Jokowi saat menghadiri KTT G7 di istana Elmau untuk menekankan pentingnya EBT bagi kelangsungan hidup di masa depan.

PM Inggris, Boris Johnson bertemu dengan Jokowi di sela-sela kegiatan G7 untuk membahas lebih lanjut terkait EBT atau energi baru terbarukan.

Dimana Jokowi dan Boris Johnson bersepakat untuk memperkuat kerja sama di bidang energi baru terbarukan serta ketahanan pangan saat berlangsungnya G7 di Jerman.

Kemudian hasil pertemuan dikemukakan oleh Menlu Indonesia yang turut mendampingi Jokowi di KTT G7, kedua negara mengapresiasi kuatnya hubungan bilateral antara Indonesia-Inggris.

Baca Juga: Momen Unik Foto Bersama Pemimpin KTT G7, Jokowi dan Joe Biden Terciduk Lakukan Ini

Selain itu, Menlu Retno Marsudi menerangkan bahwa PM Inggris mengatakan roadmap kerja sama bilateral di bidang energi baru terbarukan sudah ada.

"Dengan sudah adanya roadmap tersebut, maka akan lebih mudah untuk memperkuat hubungan kedua negara." terang Retno Marsudi.

Diketahui, Indonesia memiliki Potensi EBT yang cukup besar antara lain, mini atau mikrohidro mampu menghasilkan energi 450 MegaWatt, ada juga Biomassa yang bisa diproduksi sebesar 50 Giga Watt.

Untuk mengembangkan energi biomassa dengan mendorong pemanfaatan limbah industri pertanian sebagai sumber energi, mengintegrasikan dengan kegiatan ekonomi masyarakat.

Juga mendorong pabrikasi teknologi konversi energi biomassa, serta meningkatkan khasanah penelitian dalam pengembangan pemanfaatan limbah termasuk sampah kota untuk energi.

Baca Juga: Presiden Jokowi Tiba di Jerman Hadiri KTT G7 Disambut Pasukan Atribut Khas Bavaria

Juga upaya pemerintah untuk mengembangkan energi angin mencakup untuk listrik dan non listrik, seperti pemompaan air untuk irigasi dan air bersih. Total investasi yang diserap dalam pengembangan EBT hingga tahun 2025 mencapai 13,197 juta dollar AS.

Pengembangkan teknologi energi angin yang sederhana untuk skala kecil dan skala menengah yang mampu menghasilkan kisaran 50-100 kiloWatt guna mendorong produksi secara massal.

PLTS atau pembangkit listrik tenaga surya untuk pemanfaatannya mencakup pedesaan dan perkotaan, serta mendorong komersialisasi PLTS dengan memaksimalkan keterlibatan pihak swasta.

Guna mengembangkan industri PLTS nasional dan mendorong terciptanya sistem serta pola dukungan yang efisien, dengan melibatkan dunia perbankan.

Sedangkan pembangkit energi nuklir, langkah-langkah yang perlu diambil Indonesia, salah satu melakukan sosialisasi guna mendapatkan dukungan masyarakat.

Juga langkah-langkah untuk pengembangan mikrohidro dengan jalan mengintegrasikan program pengembangan PLTMH dengan kegiatan ekonomi masyarakat, serta memaksimalkan potensi saluran irigasi.

Untuk mendorong industri mikrohidro nasional, dan mengembangkan pola kemitraan dan dukungan yang efektif.

Hal yang sama pentingnya adalah Indonesia melakukan kerjasama dengan berbagai negara untuk meningkatkan penguasaan teknologi tersebut.

Kunjungan Jokowi untuk menghadiri KTT selain terkait investasi EBT, juga menjalin kerjasama bilateral yang erat terutama negara anggota G7, yang berisi negara-negara maju.

Inggris pun bersedia untuk menjalin kerjasama dengan Indonesia di bidang EBT, juga negara ini salah satu produsen nikel terbesar keempat di dunia menurut USGS.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah