Indonesia Terdampak Embargo Negara Produsen Vaksin, Kemenkes Lakukan Negosiasi

- 9 April 2021, 10:36 WIB
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengabarkan bahwa vasinasi di Indonesia melambat karena adanya embargo dari negara produsen
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengabarkan bahwa vasinasi di Indonesia melambat karena adanya embargo dari negara produsen /Dok. Setneg.go.id

SEMARANGKU - Kementerian Kesehatan RI menyampaikan bahwa laju program vaksinasi Covid-19 mendatang tidak secepat seperti sebelumnya karena adanya embargo negara produsen vaksin.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, program vaksinasi Covid-19 yang sedang dijalankan pada April ini, tidak dapat sesuai yang telah di rencanakan pemerintah dikarenakan adanya embargo negara produsen vaksin.

Pasalnya, banyak negara-negara eropa dan beberapa negara di Asia seperti India, Filipina, Papua Nugini, serta beberapa negara di Amerika Selatan seperti Brazil, terjadi lonjakan ketiga dari kasus aktif Covid-19. Sehingga telah terjadi embargo di beberapa negara produsen vaksin.

Akibatnya, negara-negara yang memproduksi vaksin di lokasi tersebut mengarahkan agar produksi vaksinnya tidak boleh di ekspor, hanya boleh dipakai di negara masing-masing.

Baca Juga: Spesifikasi dan Harga Vivo X60 Pro di Indonesia, Video Lebih Stabil dengan Gimbal Stabilization 2.0

Baca Juga: Siswa SMPN 1 Mungkid Magelang Tak Menyangka Dapat Laptop Dari Ganjar Pranowo, Begini Ceritanya

Baca Juga: Bertajuk Sound of Borobudur, Musisi Nasional Bawakan Lagu Dengan Alat Musik Tempo Dulu

Hal ini telah mempengaruhi ratusan negara di dunia termasuk Indonesia.
Sehingga jumlah vaksin yang tadinya tersedia untuk bulan Maret dan April masing-masing 15 juta dosis, atau totalnya 30 juta dosis, hanya bisa dapat 20 juta dosis.

"Kita atur kembali sehingga kenaikannya tidak secepat sebelumnya, karena memang vaksin yang berkurang suplainya, " kata Budi Gunadi Sadikin.

Terkait dengan keterbatasan suplai vaksin, Budi mengatakan, prioritas kriteria penerima vaksinasi mesti diperjelas.
Prioritas penerima program vaksinasi diatur berdasarkan resiko terpapar.

Baca Juga: Kim Jung Hyun Dikabarkan Berselisih dengan Agensinya Gara-gara Durasi Kontrak, Wanita Ini Diduga Berperan

Baca Juga: Rachel Harrison yang ‘Terobsesi’ dengan Jawa dan Candi Borobudur dan Kesaksian Ganjar Pranowo

Baca Juga: Disiplin Porkes saat Tarawih, MUI Minta Polisi dan Tentara Ikut Mengawasi

Oleh karena itu, lanjut Budi, dengan adanya keterbatasan vaksin di bulan April ini, akan diarahkan program vaksinasi untuk disuntikan kepada Lansia.

Data yang ada di Kementerian Kesehatan menunjukkan, dari 1,5 juta yang terpapar, sebanyak 10 persennya Lansia di atas 60 tahun.
Tapi dari 100 persen yang wafat, 50 persennya adalah Lansia.

"Jadi, kelihatan sekali bahwa teman-teman kita di atas 60 tahun itu berisiko tinggi. Kalau kita lihat yang masuk rumah sakit, yang wafat untuk non Lansia hanya sekitar 10 persen dari total yang masuk, tapi kalau Lansia hampir tiga kali lipat, " tutur Budi.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengharapkan dapat dilakukan negosiasi dengan negara-negara produsen vaksin.
Sehingga, program vaksinasi yang sedang dijalankan pemerintah dapat tercapai sesuai yang diharapkan.

"Mudah-mudahan bulan Mei bisa kembali normal sehingga kita bisa melakukan vaksinasi dengan rate seperti sebelumnya yang terus meningkat, " pungkas Budi.***

Editor: Risco Ferdian

Sumber: Kemenkes


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x