Harga Kebutuhan Pokok Naik, Cabe Rawit Meroket Hingga Rp100 Ribu Jelang Natal dan Tahun Baru, Ini Sebabnya

28 Desember 2021, 20:00 WIB
Harga Kebutuhan Pokok Naik, Cabe Rawit Meroket Hingga Rp100 Ribu Jelang Natal dan Tahun Baru, Ini Sebabnya /Jurnal Ngawi/Gambar pixabay.com

SEMARANGKU - Harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, diketahui mengalami kenaikan pada momen Natal dan Tahun Baru.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, kebutuhan pokok seperti, cabai rawit, minyak goreng, telur ayam, dan bawang merah melonjak harganya.

Sebagaimana yang dilaporkan Kemendag, harga kebutuhan pokok nasional seperti cabe rawit merah naik sebesar 86,25 persen yakni dari Rp50.900 per kg menjadi Rp94.800.

Harga Minyak goreng curah juga naik 1,71 persen per liter dari Rp17.500 menjadi Rp17.800, minyak goreng kemasan sederhana naik 2,79 persen dari Rp17.900 menjadi Rp18.400.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Cek Harga Lima Komoditas: Kita Akan Lakukan Operasi Pasar!

Harga Telur ayam ras naik 12,16 persen dari Rp25.500 per kg menjadi Rp28.600. Sementara, bawang merah naik sebanyak 12,30 persen dari Rp25.200 menjadi Rp28.300.

Sebelumnya, kenaikan harga bahan pokok pada momen Natal dan jelang Tahun Baru, sudah dirasakan masyarakat sejak awal Desember.

Memasuki bulan Desember, Indonesia mengalami cuaca ekstrem. Menjadi salah satu faktor penyebab naiknya harga bahan pokok terutama cabe rawit merah.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis cuaca ekstrem akan terjadi di 29 wilayah di Indonesia. Dikutip Semarangku.com dari laman resmi bmkg.go.id

"Perlu diwaspadai potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, dapat disertai kilat atau badai petir, guntur, dan peningkatan angin kencang di 29 wilayah di Indonesia," demikian pernyataan BMKG.

Baca Juga: Sejumlah Bahan Pokok Alami Kenaikan Harga, Ganjar Pranowo: Koordinasikan Tim Pengendali Daerah Segera Bekerja

Menguatnya cuaca ekstrem pada musim hujan dan ketidakpastian perubahan iklim di Indonesia, akhirnya mengakibatkan banyak petani cabe rawit gagal panen.

Pasalnya, pada cuaca ekstrem di musim hujan, menimbulkan berbagai penyakit pada cabe rawit, seperti banyak yang busuk.

Mengingat produksi pertanian sangat bergantung pada curah hujan, sehingga apabila curah hujan tidak teratur tentu produksi petani terkendala.

Terkendalanya produksi pertanian, stok, dan pasokan cabe dari petani minim, akhirnya juga akan berdampak terhadap perekonomian negara, dan masyarakat Indonesia.

Sementara pada momen Natal dan Tahun Baru permintaan kebutuhan pokok masyarakat, terus berlanjut dan mengalami peningkatan.***

Sumber foto: Harga Kebutuhan Pokok Naik Terus, Cabe Rawit Meroket Hingga Rp100 Ribu Pada Momen Natal dan Tahun Baru, Ini Penyebabnya

Semarangku - Harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, diketahui mengalami kenaikan pada momen Natal dan Tahun Baru.

Kementerian Perdagangan (Kemendag)mencatat, kebutuhan seperti, cabai rawit, minyak goreng, telur ayam, dan bawang merah melonjak harganya.

Sebagaimana yang dilaporkan Kemendag, harga kebutuhan pokok nasional seperti cabe rawit merah naik sebesar 86,25 persen yakni dari Rp50.900 per kg menjadi Rp94.800.

Harga Minyak goreng curah juga naik 1,71 persen per liter dari Rp17.500 menjadi Rp17.800, minyak goreng kemasan sederhana naik 2,79 persen dari Rp17.900 menjadi Rp18.400.

Harga Telur ayam ras naik 12,16 persen dari Rp25.500 per kg menjadi Rp28.600. Sementara, bawang merah naik sebanyak 12,30 persen dari Rp25.200 menjadi Rp28.300.

Sebelumnya, kenaikan harga bahan pokok pada momen Natal dan jelang Tahun Baru, sudah dirasakan masyarakat sejak awal Desember.

Memasuki bulan Desember, Indonesia mengalami cuaca ekstrem. Menjadi salah satu faktor penyebab naiknya harga bahan pokok terutama cabe rawit merah.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis cuaca ekstrem akan terjadi di 29 wilayah di Indonesia. Dikutip Semarangku.com dari laman resmi bmkg.go.id

"Perlu di waspadai potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, dapat disertai kilat atau badai petir, guntur, dan peningkatan angin kencang di 29 wilayah di Indonesia," demikian pernyataan BMKG.

Menguatnya cuaca ekstrem pada musim hujan dan ketidakpastian perubahan iklim di Indonesia, akhirnya mengakibatkan banyak petani cabe rawit gagal panen.

Pasalnya, pada cuaca ekstrem di musim hujan, menimbulkan berbagai penyakit pada cabe rawit, seperti banyak yang busuk.

Mengingat produksi pertanian sangat bergantung pada curah hujan, sehingga apabila curah hujan tidak teratur tentu produksi petani terkendala.

Terkendalanya produksi pertanian, stok, dan pasokan cabe dari petani minim, akhirnya juga akan berdampak terhadap perekonomian negara, dan masyarakat Indonesia.

Sementara pada momen Natal dan Tahun Baru permintaan kebutuhan pokok masyarakat, terus berlanjut dan mengalami peningkatan.***

Editor: Heru Fajar

Tags

Terkini

Terpopuler