Presiden Vladimir Putin Ungkapkan Pihak Barat Telah Berusaha Lakukan Teror Terhadap Rusia

- 27 April 2022, 08:09 WIB
Presiden Vladimir Putin Ungkapkan Pihak Barat Telah Berusaha Lakukan Teror Terhadap Rusia
Presiden Vladimir Putin Ungkapkan Pihak Barat Telah Berusaha Lakukan Teror Terhadap Rusia /SPUTNIK/via REUTERS

SEMARANGKU – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pihak barat telah mengubah prioritas selama dua bulan terakhir ini dengan melancarkan sejumlah teror.

Menurut Vladimir Putin setelah barat mengalami kegagalan dalam upayanya menghancurkan Rusia, kini mereka beralih ke tindakan teror.

Hal ini diungkapkan Vladimir Putin dalam pertemuan Dewan Kantor Kejaksaan Agung pada Senin, 25 April 2022 bagaimana negara-negara barat telah mengupayakan segala cara untuk memenangkan perang termasuk terror terhadap Rusia.

Vladimir Putin menyatakan bagaimana barat akan melakukan segala kemungkinan untuk menang di medan perang.

Baca Juga: ISIS Serukan Penyerangan ke Negara Barat dan Israel Saat Perang Rusia-Ukraina Tidak Menemukan Titik Temu

Bukan tanpa alasan Putin menyatakan hal ini setelah diplomat tinggi Uni Eropa Josep Borrell, mengatakan bahwa "perang ini akan dimenangkan di medan perang” setelah kunjungannya ke Kiev.

Lewat pembicaraannya dengan Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Putin menegaskan pernyataan yang tidak bertangungjawab dari perwakilan barat tersebut tentang perlunya menyelesaikan situasi di Ukraini secara militer.

Menurut pendapat Putin, Barat telah mengubah tujuannya.

“… Ketika mereka menyadari bahwa ini tidak mungkin, mereka malah mencoba untuk mencapai tujuan yang berbeda – untuk memecah masyarakat Rusia, untuk menghancurkan Rusia dari dalam. Tapi di sini juga, ada halangan; ini juga tidak berhasil," kata Putin.

Baca Juga: Putin Sebut Sanksi Barat terhadap Rusia atas Perang di Ukraina Telah Gagal, Jadi Bumerang?

Namun hal ini tidak menjadi ancaman bagi Rusia, karena menurut Putin masyarakat telah menunjukkan kedewasaan, solidaritas, serta mendukung angkatan bersenjatanya dan upaya memastikan keamanan tertinggi Rusia dan membantu orang-orang yang tinggal di Donbass.

Lebih jauh Vladimir Putin juga mengungkapkan bahwa pihak barat telah memghembuskan terror terhadap jurnalis Rusia.

Hal ini disinyalir setelah adanya pengumuman dari Layanan Keamanan Federal Rusia (FSB) bahwa mereka telah menahan sekelompok "neo-Nazi" yang diinstruksikan oleh Layanan Keamanan Ukraina (SBU) untuk membunuh pembawa acara TV dan jurnalis populer Rusia Vladimir Solovyov.

Namun hal ini langsung dibantah Kiev yang menyatakan tidak berperan dalam pembunuhan tersebut.

“Dalam hal ini, perlu dicatat tentu saja bahwa kita mengetahui nama semua penangan Barat, semua anggota dinas Barat, terutama CIA, yang bekerja dengan badan keamanan Ukraina. Rupanya, mereka memberi mereka nasihat seperti itu,” kata pemimpin Rusia itu.

“Ini adalah sikap mereka terhadap hak-hak jurnalis, terhadap penyebaran informasi; ini adalah sikap mereka terhadap hak asasi manusia secara umum,” ucapnya sinis.

“Yang mereka pedulikan hanyalah hak mereka sendiri, beberapa menghargai ambisi kekaisaran, yang lain mempertahankan masa lalu kolonial mereka dengan cara kuno. Tapi ini tidak akan berhasil di Rusia,” klaim Putin.

Sementara Kremlin menuduh Barat berusaha memecah belah masyarakat Rusia, di lain pihak negara-negara Barat menuduh bahwa Moskow justru menekan oposisi, media independen, dan bahkan perbedaan pendapat secara umum.

Kritik semacam ini telah meningkat setelah peluncuran serangan di Ukraina dan langkah-langkah selanjutnya yang diambil oleh Moskow untuk menindak “berita palsu” dan apa yang disebut “agen asing.”

Sebagai informasi, Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa. ***

Editor: Risco Ferdian

Sumber: RT.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah