Qatar Bantu Mengurangi Ketergantungan Gas Rusia, Jerman Batalkan Proyek Pipa Gas di Laut Baltik

- 22 Maret 2022, 20:45 WIB
Ilustrasi, Qatar Bantu Mengurangi Ketergantungan Gas Rusia, Jerman Batalkan Proyek Pipa Gas di Laut Baltik
Ilustrasi, Qatar Bantu Mengurangi Ketergantungan Gas Rusia, Jerman Batalkan Proyek Pipa Gas di Laut Baltik /https://marca.com/



SEMARANGKU - Sanksi keras terhadap Rusia di pasar migas dunia sangat dirasakan secara global. Dan kini Jerman menyetujui tawaran Qatar terkait pasokan energi hijau.

Diketahui, Rusia merupakan pengekspor gas terbesar di dunia, sekaligus menyumbang sekitar 45 persen energi di Uni Eropa pada tahun 2021.

Rusia termasuk pemasok gas terbesar ke Jerman, saat ini Robert Habeck memberi beberapa arahan untuk mengurangi ketergantungan energi dari negara yang terlibat konflik dengan Ukraina itu.

Rencana terminal untuk mengimpor energi hijau, dan memperlambat keluarnya negara itu dari batu bara.
 
Baca Juga: Situasi Makin Buruk, Militer Ukraina Imbau Penduduk Bersiap Hadapi Serangan Rusia, Zelenskyy Menyerah?

Karena penyumbang ekonomi terbesar Eropa itu berusaha untuk tidak terlalu bergantung pada sumber energi Rusia.

Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani bertemu menteri federal Jerman Robert Habeck, keduanya mempererat hubungan bilateral, khususnya sektor energi hijau.

Di sisi lain, Qatar selama bertahun-tahun telah berupaya memasok gas alam ke Jerman, tetapi diskusi tidak pernah menghasilkan kesepakatan yang konkret.

Qatar sepakat dengan Jerman bahwa entitas komersial tentang pasokan gas alam cair atau liquid natural gas dalam periode jangka panjang.
 
Baca Juga: Ukraina Tuduh Rusia Bubarkan Protes dengan Menggunakan Kekerasan dan Granat Kejut

Robert Habeck juga bertemu menteri Energi Qatar Saad Sherida al-Kaabi di Doha, untuk membahas hubungan bilateral dan kerja sama energi Jerman-Qatar.

Menyusul serangan Rusia ke Ukraina, Jerman menunda proyek pipa gas Nord Stream 2 yang dirancang untuk membawa gas alam Rusia langsung ke Jerman melalui jalur laut Baltik.

Jerman menghentikan produksi tenaga nuklirnya pada akhir tahun ini, membuat pengamat mempertanyakan nasib penyumbang ekonomi terbesar Eropa akan memenuhi kebutuhan energinya.

Pada akhir Februari lalu, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengumumkan pembangunan dua terminal baru untuk gas alam cair sebagai tanggapan ketergantungan berlebihan Jerman pada gas Rusia.

Gas alam digunakan dalam transportasi, menghasilkan listrik dan panas rumah. Sedangkan pada sektor industri untuk menghasilkan bahan baku seperti kaca, plastik dan cat.

Rusia memiliki cadangan gas alam terbesar diikuti Iran dan Qatar. Ketiga negara tersebut menyumbang setengah dari cadangan gas alam dunia pada tahun 2020 lalu.

Bahkan terbukti Rusia memiliki cadangan sekitar 48.938 miliar meter kubik, Iran 34.077 miliar meter kubik, dan terakhir Qatar 23.831 miliar meter kubik.

Berbeda dengan Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC, tidak ada organisasi multinasional untuk eksportir gas besar yang menyesuaikan pasokan untuk menyeimbangkan pasar.

Namun, organisasi Forum Negara Pengekspor Gas atau GECF terdiri dari 11 anggota di antaranya Aljazair, Bolivia, Mesir, Guinea Khatulistiwa, Iran, Libya, Nigeria, Qatar, Rusia, Trinidad-Tobago, dan Venezuela.

Sementara itu Angola, Azerbaijan, Irak, Malaysia, Mozambik, Norwegia, Peru, dan UEA berstatus anggota pengamat. Konsorsium tersebut mewakili 71 persen dari cadangan gas alam dunia.

Negara-negara yang paling banyak mengimpor gas Rusia secara langsung antara lain, Belarus, Bosnia dan Herzegovina, Norwegia dan Serbia masing-masing mengimpor sekitar 99 persen.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x