Efek Sanksi: Rusia Mungkin Harus Membayar Utang Valuta Asing Menggunakan Rubel, Begini Komentar Kemenkeu Rusia

- 15 Maret 2022, 07:49 WIB
Efek Sanksi: Rusia Mungkin Harus Membayar Utang Valuta Asing Menggunakan Rubel, Begini Komentar Kemenkeu Rusia
Efek Sanksi: Rusia Mungkin Harus Membayar Utang Valuta Asing Menggunakan Rubel, Begini Komentar Kemenkeu Rusia /Pixabay/Alex-V

SEMARANGKU - Pemerintah Rusia menyebutkan bahwa pihaknya mungkin harus membayar utang valuta asing menggunakan Rubel.

Rusia yang mungkin harus membayar utang valuta asing dengan mata uang Rubel merupakan salah satu efek sanksi yang dijatuhkan kepada negara tersebut atas perang di Ukraina.

Kementerian Keuangan Rusia sedang bersiap untuk melunasi sebagian utang valuta asingnya yang kemungkinan menggunakan Rubel pada Rabu, 16 Maret 2021.

Baca Juga: Perang Hari Kesembilan Belas, Serangan Rusia Hantam Gedung di Kiev, Pasukan Putin Semakin Dekat ke Ibu Kota

Pembayaran utang valuta asing Rusia akan dilakukan dalam Rubel jika sanksi mencegah bank untuk membayar utang dalam mata uang yang diterbitkan.

Sanksi Barat atas peristiwa di Ukraina telah memutuskan Rusia dari bagian-bagian penting pasar keuangan global.

Serta telah membekukan hampir setengah dari cadangan emas dan valuta asing negara itu senilai $640 miliar.

Hal tersebut memicu krisis ekonomi terburuk sejak kejatuhan Uni Soviet tahun 1991.

Baca Juga: Impor Senjata ke Eropa Melonjak Tajam di Tengah Perang Rusia-Ukraina, Persiapan World War III?

Menteri Keuangan, Anton Siluanov mengatakan Rusia harus membayar kupon pada Eurobonds pada 16 Maret 2022 dan telah meminta bank-bank Barat untuk melakukan transaksi.

Namun, jika sebagian besar cadangan Rusia dibekukan, pembayaran dapat mengalami tantangan khusus karena kemungkinan pembayaran tersebut akan tergantung pada sanksi.

Pemerintah akan membayar $117 juta pada dua obligasi berdenominasi dolar pada hari Rabu, 16 Maret 2022.

“Jika kami melihat komplikasi dalam menjalankan perintah tersebut, maka pada hari Selasa kami akan menyiapkan perintah transfer yang relevan dalam mata uang rubel,” ujar Siluanov, dikutip dari Reuters.

Rusia memiliki dana yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban eksternalnya.

Serta dapat menggunakan sebagian yuan dari cadangan emas dan valasnya jika ada kebutuhan seperti itu.

Beberapa bank Rusia telah dilarang dari jaringan pembayaran internasional SWIFT.

Hal ini menghambat upaya untuk memindahkan uang ke luar Rusia.

“Pembekuan bank sentral dan rekening mata uang asing pemerintah dapat dilihat sebagai keinginan beberapa negara Barat untuk mengatur default buatan,” pungkas Siluanov.

Mata uang China menyumbang 13,1% dari cadangan mata uang asing bank sentral Rusia pada Juni 2021.

Dibandingkan dengan hanya 0,1% pada Juni 2017, kepemilikan dolar Moskow turun menjadi 16,4% dari 46,3% pada periode yang sama.

China adalah pasar ekspor utama Rusia setelah Uni Eropa.

Ekspor Rusia ke China bernilai $79,3 miliar pada tahun 2021, dengan minyak dan gas menyumbang 56% dari itu.

Itulah Rusia yang menyebutkan bahwa pihaknya mungkin harus membayar utang valuta asing menggunakan Rubel.***

Editor: Risco Ferdian

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah