SEMARANGKU - Swedia dan Finlandia bakal gabung NATO, Rusia peringatkan dua negara Skandinavia ini.
Dua negara skandinavia yakni Swedia dan Finlandia merespon peringatan Rusia soal gabung NATO dengan tanggapan berbeda.
Swedia belum pertimbangkan, sementara Finlandia ingin bergabung dengan NATO.
Swedia bersikap akan menggandakan anggaran militernya. Sedangkan Finlandia tetap membahas konsensus terkait keanggotaan NATO mereka.
Baca Juga: Irak Diguncang Protes Soal Kenaikan Harga Pangan, Efek Domino Perang Rusia di Ukraina?
Hal ini dilakukan Moskow dengan memperingatkan Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO akan ada konsekuensi militer.
PM Magdalena Andersson mengatakan bahwa pemerintah Swedia meningkatkan anggaran guna pengeluaran militer menjadi dua persen dari PDB secepatnya.
“Setelah tindakan beresiko yang ditimbulkan militer Rusia yang agresif, kami memperkuat pertahanan Swedia serta meningkatkan kerja sama internasional kami." kata Magdalena Andersson.
Namun awal pekan ini, Magdalena Andersson menolak seruan pihak oposisi untuk mempertimbangkan bergabung dengan NATO, apabila hal itu dilakukan sekarang akan keamanan di Eropa akan semakin chaos.
Di lain sisi, PM Finlandia Sanna Marin justru menggelar pertemuan untuk membahas konsensus mengenai keanggotaan NATO di Finlandia.
"Mungkin akan diputuskan beberapa hari mendatang, terkait keanggotaan NATO. kami sampaikan keputusan ini untuk status Finlandia ke depan." ujar PM Finlandia Sanna Marin.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengutip ekspansi NATO sebagai masalah dalam meluncurkan perang Rusia di Ukraina.
Finlandia menjalin hubungan politik dan ekonomi pragmatis dengan Rusia, tetap nonblok secara militer dan penyangga netral antara Timur dan Barat.
NATO mulai meningkatkan pertahanannya di Eropa timur laut, setelah Rusia mencaplok semenanjung Krimea pada 2014.
Pemerintah Rusia menyatakan keprihatinan mengenai upaya AS dan sekutunya untuk 'menyeret' Finlandia dan Swedia ke dalam NATO.
Konflik Rusia-Ukraina yang terjadi sejak 24 Februari lalu, telah menuai kecaman dunia internasional, dan sejumlah negara menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.
Diketahui, sudah lebih dari 2,1 juta orang telah meninggalkan Ukraina ke negara-negara tetangga, menurut Badan Pengungsi PBB.
Laporan dewan kota Lviv yang berada di bagian barat Ukraina telah menyatakan sudah tidak mampu menampung jumlah pengungsi yang terus berdatangan.
Setelah kota-kota dekat ibukota Kiev seperti Irpin, Brovary, Hostomel dan Bucha terlibat pertempuran sengit antara militer Rusia dan Ukraina masih berlanjut.***