SEMARANGKU - Invasi Ukraina oleh Rusia, kini telah memasuki hari kesembilan dan Rusia masih belum menyerah.
Setelah berhasil mendekat ke Kyiv, kini Rusia bahkan menyerang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) milik Ukraina.
Karena serangan Rusia ke PLTN tersebut, Ukraina mengingatkan dan meminta Rusia untuk berhenti karena dapat memicu bencana nuklir 10 kali lebih besar dari Chernobyl.
Baca Juga: Tak Kesusahan Sepanjang Hidup, 4 Zodiak Ini Mampu Kelola Keuangan dengan Sangat Baik
PLTN Zaporizhzhia, merupakan PLTN tersebsar Eropa yang berada di tenggara Ukraina.
Namun karena serangan dari Rusia, PLTN tersebut dapat sewaktu-waktu meledak dan memicu bencana nuklir yang besar.
Menurut Menteri Luar Negeri Ukraina, apabila PLTN tersebut meledak, maka dampaknya pun bisa 10 kali lebih besar dari Chernobyl.
Menimbang dampak yang akan terjadi, pihak Ukraina meminta agar Rusia berhenti menyerang PLTN Zaporizhzhia.
Dikutip Semarangku dari NDTV, Kuleba, Menteri Luar Negeri Ukraina pun memberikan peringatan melalui akun Twitter pribadinya.
Baca Juga: Bukan Sedih, 5 Tanda Ini Tunjukkan Kamu Mengalami Depresi yang Menganggu Aspek Kehidupanmu
"Jika meledak, itu akan menjadi 10 kali lebih besar dari Chornobyl! Rusia harus SEGERA menghentikan tembakan, mengizinkan petugas pemadam kebakaran, membangun zona keamanan," cuit Kuleba.
Senada dengan Dmytro Kuleba, Badan Energi Atom Internasional PBB juga telah mendesak Rusia untuk "menghentikan semua tindakan" di fasilitas nuklir Ukraina, termasuk lokasi bencana Chernobyl 1986.
Ukraina berjuang melawan tentara Rusia sejak Presiden Vladimir Putin mengumumkan invasi untuk mendukung separatis yang didukung Moskow di timur.
Invasi besar-besaran yang disebut "operasi militer khusus" tersebut dimulai sejak Kamis, 24 Februari 2022.
Sejak memulai serangannya, militer Rusia telah membombardir kota-kota di Ukraina dengan peluru dan rudal, termasuk pabrik Chernobyl yang merupakan lokasi bencana nuklir terburuk di dunia.
Pabrik tersebut pernah memuntahkan limbah radioaktif ke sebagian besar Eropa ketika meleleh dalam bencana nuklir tahun 1986.***