Intelijen AS Tuduh Rusia Siapkan Operasi Bendera Palsu Demi Invasi Ukraina, Gedung Putih: Kami Prihatin

- 15 Januari 2022, 20:30 WIB
Intelijen AS Tuduh Rusia Siapkan Operasi Bendera Palsu Demi Invasi Ukraina, Gedung Putih: Kami Prihatin. REUTERS/Sergey Pivovarov/File Photo
Intelijen AS Tuduh Rusia Siapkan Operasi Bendera Palsu Demi Invasi Ukraina, Gedung Putih: Kami Prihatin. REUTERS/Sergey Pivovarov/File Photo /SERGEY PIVOVAROV/REUTERS

 

SEMARANGKU - Pihak Intelijen Amerika Serikat (AS) menuduh Rusia menyiapkan ‘Operasi Bendera Palsu’ demi menginvasi Ukraina.

Menurut temuan intelijen AS, Rusia telah memposisikan operasi untuk melakukan ‘operasi bendera palsu’ di Ukraina timur.

Juru bicara Pentagon, John Kirby menggambarkan informasi intelijen AS tentang Rusia yang menyiapkan ‘Operasi Bendera Palsu’ untuk menginvasi Ukraina ‘sangat kredibel’.

Intelijen AS memperkirakan bahwa invasi militer Rusia ke Ukraina dengan siasat ‘Operasi Bendera Palsu’dapat dimulai antara pertengahan Januari dan pertengahan Februari 2022.

Baca Juga: Bukan Bantuan BLT yang Diharapkan, Warga Kota Ini Pilih Nikmati PSK Gratis untuk Warga Miskin

Sekretaris pers Gedung Putih, Jen Psaki mengatakan bahwa temuan intelijen AS menunjukkan Rusia juga melakukan kampanye disinformasi media sosial yang membingkai Ukraina sebagai agresor.

“Kami prihatin bahwa pemerintah Rusia sedang mempersiapkan invasi di Ukraina yang dapat mengakibatkan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas dan kejahatan perang jika diplomasi gagal memenuhi tujuan mereka,” ujar Psaki, dikutip dari laman Stuff.co.nz.

Sementara itu, Ukraina juga memantau potensi penggunaan disinformasi oleh Rusia.

Secara terpisah, media Ukraina pada hari Jumat, 14 Januari 2022 melaporkan bahwa pihak berwenang percaya bahwa Rusia sedang merencanakan kemungkinan insiden ‘Operasi Bendera Palsu’ untuk memicu konflik tambahan.

Baca Juga: Ritual Pemakaman di Dunia yang Dinilai Mengerikan, Mulai Amputasi Jari Hingga Bunuh Diri

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan bahwa komunitas intelijen AS belum membuat penilaian.

Penilaian bahwa Rusia yang telah mengumpulkan sekitar 100.000 tentara di perbatasan Ukraina, telah secara definitif memutuskan untuk mengambil tindakan militer.

Namun Sullivan mengatakan Rusia telah merencanakan ‘kegiatan sabotase dan operasi informasi’ yang menuduh Ukraina mempersiapkan serangannya sendiri terhadap pasukan Rusia di Ukraina timur.

Dia mengatakan ini mirip dengan apa yang dilakukan Kremlin menjelang pencaplokan Krimea oleh Rusia pada tahun 2014.

Krisis Krimea terjadi pada saat Ukraina ingin memperkuat hubungan dengan Barat.

Rusia telah meningkatkan propaganda bahwa etnis Rusia Ukraina sedang ditindas di Ukraina timur.

Rusia telah lama dituduh menggunakan disinformasi sebagai taktik melawan musuh dalam hubungannya dengan operasi militer dan serangan siber.

Upaya untuk secara langsung mempengaruhi Ukraina tampaknya terus berlanjut selama konflik yang sedang berlangsung di Ukraina timur, di mana sedikitnya 14.000 orang tewas.

Associated Press melaporkan pada 2017 bahwa pasukan Ukraina di timur terus-menerus menerima pesan teks yang memperingatkan bahwa mereka akan dibunuh dan anak-anak mereka akan menjadi yatim piatu.

Sementara itu, Rusia yang mengatakan bahwa mereka tidak berencana untuk menyerang Ukraina, menuntut agar AS dan NATO memberikan jaminan tertulis bahwa aliansi itu tidak akan berkembang ke arah timur.

Itulah Intelijen AS yang menuduh Rusia menyiapkan ‘Operasi Bendera Palsu’ demi invasi Ukraina, Gedung Putih: kami prihatin.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah