Staf WHO Terlibat dalam Pelecehan Seksual di Kongo Selama Wabah Ebola

- 29 September 2021, 17:30 WIB
Staf WHO Terlibat dalam Pelecehan Seksual di Kongo Selama Wabah Ebola
Staf WHO Terlibat dalam Pelecehan Seksual di Kongo Selama Wabah Ebola /DENIS BALIBOUSE/REUTERS

“Banyak dari staf laki-laki pelaku pelecehan seksual asal WHO menolak untuk menggunakan kondom, akibatnya 29 korban perempuan hamil dan beberapa dipaksa untuk kemudian digugurkan oleh pelakunya,” tambah Malick Coulibaly.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, telah berjanji tidak menoleransi pelecehan seksual dan dikatakan sedang mengincar masa jabatan kedua di WHO, mengatakan bahwa laporan tersebut sangat mengerikan dan meminta maaf kepada para korban.

"Apa yang terjadi pada korban seharusnya tidak pernah terjadi pada siapa pun. Itu tidak dapat dimaafkan. Prioritas utama saya adalah memastikan bahwa para pelaku tidak dimaafkan tetapi dimintai pertanggungjawaban," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Tedros juga menjanjikan langkah-langkah perubahan dalam WHO termasuk reformasi menyeluruh dari struktur dan budaya dari badan kesehatan PBB tersebut.

Direktur regional Matshidiso Moeti mengatakan bahwa dengan adanya temuan laporan kasus pelecehan seksual tersebut, WHO merasa ‘rendah diri, ngeri dan kecewa’.

Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga meminta maaf dan berterima kasih kepada para korban asal Kongo, atas keberanian mereka untuk bersaksi dalam kasus pelecehan seksual.

Menurut para pejabat WHO. para pelaku yang terungkap telah dilarang untuk bekerja di WHO ke depannya, sementara kontrak empat pelaku yang dipekerjakan oleh WHO telah dihentikan.

Tidak jelas apakah para pelaku akan diadili. Tedros mengatakan dia berencana untuk menyelidiki tuduhan pelecehan seksual ke Kongo dan beberapa negara yang menjadi tempat pemerkosaan para pelaku. Beberapa di antaranya masih belum teridentifikasi.

Perwakilan para korban pelecehan seksual di kota Beni yang pernah menjadi pusat wabah Ebola di wilayah Kongo timur menyambut baik tanggapan WHO, tetapi mendesaknya untuk berbuat lebih banyak.

"Kami mendorong WHO untuk melanjutkan dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa stafnya yang melecehkan perempuan dan anak perempuan di komunitas kami telah benar-benar dihukum berat," kata Esperence Kazi, koordinator kelompok hak-hak perempuan 'One Girl One Leader' di Beni.

Halaman:

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x