Pukul 16.39, mobil menurunkan seorang penumpang dan melaju ke tujuan hingga berjarak tiga kilometer dari bandara Kabul.
Militer AS yang khawatir mobil bisa bergerak cepat menuju bandara Kabul, dan saat itu dihantam oleh drone sebelum jam 5 sore.
Sebuah drone ditembakkan dengan maksud untuk meminimalkan korban sipil, namun pada pukul 16.53 ia meledak dengan cara yang tidak biasa untuk bahan peledak.
Jenderal McKenzie mengatakan ledakan itu mirip dengan bola api besar dengan ledakan kedua setelah beberapa saat serangan rudal.
Awalnya militer AS percaya ledakan kedua adalah bukti bahan peledak, tetapi Jenderal McKenzie mengatakan itu disebabkan tangki minyak mobil.
“Investigasi kami sekarang menyimpulkan serangan ini adalah kesalahan yang tragis,” kata Jenderal McKenzie, dikutip dari Express 18 September 2021.
Pentagon selama berminggu-minggu menyatakan bahwa hanya tiga warga sipil yang tewas dalam serangan drone itu.
Laporan terbaru ini mengatakan tidak ada tindakan disipliner atas kesalahan dalam serangan drone tersebut.
The New York Times melaporkan mobil yang dihantam drone itu milik Zamari Akhmadhi, seorang pekerja bantuan berusia 43 tahun, dia dan sembilan anggota keluarganya tewas.
Menurutnya, Akhmadi memuat kendi air ke dalam mobil untuk dibawa pulang ke rumahnya.