China Kecam Pakta Militer Bentukan Amerika Sama Inggris dan Australia, Perancis Marah Merasa Ditipu

- 17 September 2021, 17:50 WIB
China Kecam Pakta Militer Bentukan Amerika Sama Inggris dan Australia, Perancis Marah Merasa Ditipu
China Kecam Pakta Militer Bentukan Amerika Sama Inggris dan Australia, Perancis Marah Merasa Ditipu /Royalnavy.mod.uk

 

SEMARANGKU – China dan Perancis telah mengecam pakta militer Indo Pasific baru antara Amerika Serikat, Inggris dan Australia pada Kamis 16 September 2021.

China juga mengatakan bahwa pakta militer tersebut tidak boleh menargetkan negara ketiga dan memperingatkan perlombaan senjata yang intensif di wilayah Indo Pasific.

Setelah membentuk pakta militer yang dijuluki AUKUS, Amerika Serikat dan Inggris akan memberi Australia teknologi dan kemampuan untuk mengerahkan kapal selam bertenaga nuklir.

Baca Juga: Siap Melawan China Kini AS, Inggris, dan Australia Setujui Pakta Keamanan Indo Pasific, Main Keroyokan!

Baca Juga: Pesawat Tempur Militer Taiwan Sampai Latihan di Jalan Raya Anti Invasi China Selama Lima Hari

Sementara Perancis yang telah kehilangan kesepakatan kapal selamnya sendiri bersama Australia, menyebut pakta militer tersebut brutal dan tidak dapat diprediksi.

Amerika Serikat dan sekutunya sedang mencari cara untuk melawan kekuatan dan pengaruh China yang semakin besar, khususnya pembangunan militernya, tekanan terhadap Taiwan dan pengerahan di Laut China Selatan yang merupakan wilayah konflik.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison tidak menyebut nama China dalam pengumuman bersama terkait pembentukan pakta militer AUKUS.

Seorang pejabat senior pemerintahan Joe Biden yang memberi pengarahan kepada wartawan sebelumnya, juga mengatakan bahwa pembentukan pakta militer tersebut tidak ditujukan untuk melawan China.

Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan bahwa ketiga negara tersebut berpotensi sangat merusak perdamaian dan stabilitas regional, mengintensifkan perlombaan senjata, dan merusak upaya non-proliferasi nuklir internasional.

"China selalu percaya bahwa mekanisme regional apa pun harus sesuai dengan tren perdamaian dan perkembangan zaman serta membantu meningkatkan rasa saling percaya dan kerja sama. Hal tersebut tidak boleh menargetkan pihak ketiga mana pun atau merusak kepentingannya," kata Zhao Lijian dalam pertemuan reguler di Beijing.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa pakta militer AUKUS tidak dimaksudkan untuk bermusuhan dengan China, dan mengatakan kerja sama tersebut akan mengurangi biaya kapal selam nuklir Inggris generasi berikutnya.

“Sekarang kami telah menciptakan AUKUS, kami berharap dapat mempercepat pengembangan sistem pertahanan canggih lainnya termasuk di dunia maya, kecerdasan buatan, komputasi kuantum, dan kemampuan bawah laut,” kata Boris Johnson kepada parlemen.

Menurut juru bicara Perdana Menteri Australia Scott Morrison, pakta militer AUKUS tersebut juga mengakhiri kesepakatan antara Australia dengan Perancis pada tahun 2016.

Kesepakatan tersebut menyetujui tentang pembuat kapal Prancis Naval Group yang membangun armada kapal selam baru senilai $40 miliar untuk menggantikan kapal selam Collins milik Australia yang berusia lebih dari dua dekade.

Prancis menuduh Presiden Amerika Serikat Joe Biden menikamnya dari belakang dan bertindak seperti pendahulunya Donald Trump.

"Keputusan brutal, sepihak, dan tak terduga ini mengingatkan saya pada apa yang dulu dilakukan Trump," ujar Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian kepada radio franceinfo.

"Saya marah dan kecewa. Hal tersebut seharusnya tidak dilakukan di antara sekutu," tegas Le Drian.

Pemimpin dari ketiga negara tersebut menekankan bahwa Australia tidak akan menggunakan senjata nuklir, tetapi menggunakan sistem propulsi nuklir untuk kapal selam untuk menjaga dari ancaman.

"Kita semua menyadari pentingnya memastikan perdamaian dan stabilitas di Indo-Pasifik dalam jangka panjang," kata Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

“Kita harus mampu mengatasi ancaman lingkungan strategis saat ini di kawasan Indo-Pasifik dan perkembangannya, karena masa depan masing-masing negara kita bahkan seluruh dunia bergantung pada Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, serta bertahan dan berkembang dalam beberapa dekade ke depan," tambah Joe Biden.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan bahwa Australia akan memenuhi semua kewajiban non-proliferasi nuklirnya dari pakta militer AUKUS.

Seorang pejabat Amerika Serikat mengatakan pakta militer tersebut adalah hasil dari keterlibatan selama berbulan-bulan oleh para pemimpin militer dan politik dari ketiga negara tersebut.

Hal itu terlihat dengan bagaimana Inggris yang baru-baru ini mengirim sebuah kapal induk ke Indo-Pasifik, dan telah mengindikasikan ingin berbuat lebih banyak di kawasan tersebut.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyambut baik pakta militer yang berfokus pada kawasan Indo-Pasifik, tetapi mengatakan bahwa kapal selam bertenaga nuklir Australia tidak akan diizinkan di perairan teritorialnya.

Singapura juga mengatakan bahwa telah lama memiliki hubungan dengan Australia, Inggris dan Amerika Serikat, serta berharap pakta militer mereka akan berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas.

Jepang turut mengatakan bahwa penguatan kerja sama keamanan dan pertahanan ketiga negara tersebut penting untuk perdamaian dan keamanan.

Para pejabat Amerika Serikat mengatakan propulsi nuklir akan memungkinkan angkatan laut Australia untuk beroperasi lebih tenang dan lama, serta memberikan pencegahan di seluruh kawasan Indo-Pasifik.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan bahwa pakta militer baru di mana Uni Eropa tidak ikut berperan, menunjukkan perlunya kebijakan luar negeri Eropa yang lebih tegas.

“Kita harus bertahan hidup sendiri, seperti yang dilakukan orang lain,” kata Josep Borrell saat dia mempresentasikan strategi baru Uni Eropa untuk kawasan Indo-Pasifik.

"Saya mengerti sejauh mana pemerintah Prancis harus kecewa," tambah Josep Borell.

Joe Biden mengatakan ketiga negara tersebut akan meluncurkan periode konsultasi 18 bulan dalam menentukan setiap elemen program pakta militer tersebut, mulai dari tenaga kerja, persyaratan pelatihan, hingga jadwal produksi serta memastikan kepatuhan penuh dengan komitmen non-proliferasi.

Para pejabat Amerika Serikat tidak memberikan rincian waktu kapan Australia akan menggunakan kapal selam bertenaga nuklir, atau berapa banyak kapal selam yang akan dibuat.

Seorang pejabat Amerika Serikat mengatakan bahwa sebelumnya Amerika Serikat tercatat telah berbagi teknologi propulsi nuklir hanya sekali dengan Inggris pada tahun 1958.

"Terus terang ini merupakan pengecualian terhadap kebijakan kami dalam banyak hal. Kami melihat pakta militer tersebut sebagai kesempatan satu kali saja," ujar perjabat tersebut.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x