Korea Selatan Sebut Pyongyang Uji Sepasang Rudal Balistik, Stabilitas Asia Timur Terguncang

- 15 September 2021, 17:07 WIB
 Korea Selatan Sebut Pyongyang Uji Sepasang Rudal Balistik, Stabilitas Asia Timur Terguncang,
Korea Selatan Sebut Pyongyang Uji Sepasang Rudal Balistik, Stabilitas Asia Timur Terguncang, /KIM HONG-JI/REUTERS
 
SEMARANGKU – Setelah Korea Utara atau Pyongyang uji rudal balistik stabilitas Asia timur terguncang menurut Korea Selatan.
 
Korea Utara kembali menembakan sepasang rudal balistiknya di lepas pantai timurnya, pada hari Rabu.
 
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan dua hari setelah Pyongyang mengumumkan telah meluncurkan rudal balistik.
 
 
 
Hal ini dapat mengganggu stabilitas kedamaian di Asia Timur karena ulah Korea utara yang terus mengembangkan program nuklirnya dan rudal balistiknya dalam beberapa tahun terakhir.
 
Dilansir dari laman Al Jazeera, Korea Utara yang bersenjata nuklir menembakan “dua rudal balistik tak dikenal” dari daerah pedalaman pusatnya ke laut lepas pantai timurnya, kata JCS dalam sebuah pernyataan.
 
Rudal ini ditembakan tepat setelah pukul 12:30 (03:30 GMT). “Badan Intelejen Korea Selatan dan AS sedang melakukan analisis terprinci,” tambah mereka.
 
Para penjaga pantai jepang juga melaporkan sebuah objek kemungkinan rudal balistik mendarat di luar zona ekonomi eksklusifnya. “Penembakan itu dapat mengancam perdamaian hingga keamanan Jepang dan ini cukup keterlaluan” ucap Suga Perdana Mentri Jepang.
 
“Pemerintah Jepang bertekad untuk lebih meningkatkan kewaspadaan dan pengawasan kami untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan,” tambahnya.
 
Baik Suga dan presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengadakan sesi dewan keamanan nasional mereka untuk membahas aksi yang di lakukan oleh Korea Utara.
 
Para menteri luar negri Korsel dan China mengadakan pembicaraan di Seoul pada hari rabu di tengah kekhawatiran atas uji coba rudal baru –baru ini dan negosiasi denuklirisasi antara Pyongyang dan Washington yang telah terhenti setelah 2019.
 
Korea Utara yang berada dibawah sanksi internasional karena program nuklirnyadan misil balistiknya, danmembuat China menjadi sekutu satu-satunya bagi korut.
 
Seorang professor dari Universitas Ewha di Seoul bernama Leif-Eric Easley, mengatakan bahwa Korut tampaknya benar-benar bertekad untuk melajutkan modrenisasi militernya. 
 
Beijing tampak tidak mampu menahan Pyonyang, ini juga menjadi sorotan mengenai tanggung jawab China untuk menjaga Stabilitas di Asia Timur Laut.
 
Diplomasi nuklir antara AS dan Korut  terhenti pada 2019 ketika Amerika menolak permintaan Korea Utara untuk pencabutan sanksi besar denga imbalan pembongkaran fasilitas nuklir yang sudah tua.
 
Pemerintahan Biden mengumumumkan telah menyelesaikan tinjauan kebijakan Korut pada bulan Mei dan program denuklirisasi tetap menjadi prioritas, Pemerintah tidak akan melakukan“tawar menawar” dengan Kim Jong Un sang pemimpin Korea Utara.
 
Sung Kim utusan AS untuk Korea Utara, mengatakan pada hari selasa bahwa AS tidak memiliki niat bermusuhan terhadap Pyongyang dan berharap negara itu menanggapi secara positif tawaran pembicaraan mengenai program senjatanya.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x