Korea Utara Klaim Sukses Uji Coba Rudal Balistik Jelajah Jarak Jauh, Digadang-Gadang Jadi Senjata Strategis

- 13 September 2021, 18:15 WIB
Korea Utara Klaim Sukses Uji Coba Rudal Balistik Jelajah Jarak Jauh, Digadang-Gadang Jadi Senjata Strategis
Korea Utara Klaim Sukses Uji Coba Rudal Balistik Jelajah Jarak Jauh, Digadang-Gadang Jadi Senjata Strategis /KCNA/via REUTERS

SEMARANGKU - Korea Utara mengklaim telah sukses melakukan serangkaian uji coba rudal balistik atau jelajah jarak jauh selama akhir pekan.

Korea Utara akan terus memperluas kemampuan militernya di tengah perundingan nuklir yang terhenti dengan Amerika Serikat salah satunya luncurkan rudal balistik.

Senin 13 September 2021, Korean Central News Agency mengumumkan bahwa rudal jelajah jarak jauh yang telah dikembangkan selama dua tahun, berhasil mencapai target 1.500 km (930 mil) pada hari Sabtu dan Minggu sebelum jatuh ke wilayah perairan teritorial Korea Utara.

Baca Juga: Hanya Karena Makanan, Pelanggan di Korea Lempar Makanan ke Minyak Mendidih hingga Pedagang Terluka

Baca Juga: Korea Utara Gelar Parade Militer di Malam Hari dan Pamerkan Rudal Balistik Baru

Korea Utara disebutkan memuji senjata barunya tersebut sebagai ‘senjata strategis yang sangat penting’ yang memenuhi ekspektasi pemimpin Korea Utara Kim Jong Un untuk memperkuat kekuatan militer negara tersebut.

Sebelumnya telah diketahui bahwa, uji coba rudal Korea Utara terakhir yaitu pada bulan Maret 2021 ketika meluncurkan rudal balistik jarak pendek taktis baru.

Korea Utara juga melakukan uji coba rudal jelajah hanya beberapa jam setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden menjabat pada akhir Januari 2021.

“Ini akan menjadi rudal jelajah pertama di Korea Utara yang secara eksplisit ditunjuk sebagai peran senjata strategis,” kata Ankit Panda, seorang anggota senior di Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di Amerika Serikat.

“Ini adalah eufemisme umum untuk sistem berkemampuan nuklir,” tambah Ankit Panda.

Joint Chiefs of Staff (JCS) Korea Selatan mengatakan bahwa telah bekerja sama dengan intelijen Amerika Serikat untuk melakukan analisis mendalam, terkait uji coba rudal jelajah jarak jauh yang dilakukan oleh Korea Utara.

Namun JCS menolak untuk penjelasan lebih lanjut terkait uji coba rudal tersebut, termasuk lokasi uji coba rudal Korea Utara dan jika deteksi peluncuran uji coba rudal sebelumnya.

Uji coba rudal jelajah jarak jauh menyoroti perluasan lanjutan program senjata Korea Utara, sejak perundingan dengan Amerika Serikat untuk membongkar program rudal nuklir dan balistiknya, telah terhenti pada tahun 2019.

PBB telah memberikan sanksi untuk melarang Korea Utara menggunakan teknologi rudal balistik, yang terbang dengan kecepatan tinggi dan ketinggian lebih rendah pada jarak pendek. Meskipun larangan tersebut tidak berlaku pada rudal jelajah.

Rodong Sinmun, surat kabar resmi Partai Buruh yang berkuasa di Korea Utara, telah memuat kumpulan foto rudal jelajah jarak jauh baru di udara yang ditembakkan dari peluncur rudal.

“Rudal jelajah jarak jauh merupakan senjata strategis yang telah dikembangkan selama dua tahun terakhir dan elemen kunci dari rencana lima tahun yang digariskan pada Januari 2021 untuk memajukan ilmu pertahanan dan persenjataan Korea Utara,” kata KCNA.

“Tes rinci bagian-bagian rudal, sejumlah tes dorong mesin tanah, berbagai tes penerbangan, tes kontrol dan bimbingan, tes kekuatan hulu ledak, dll dilakukan dengan sukses,” tambah KCNA.

Leif-Eric Easley, profesor studi internasional di Ewha Womans University di Seoul, menggambarkan uji coba rudal tersebut sebagai langkah ‘provokatif’ dari Korea Utara.

Easley juga mengatakan implikasinya adalah bahwa Korea Utara berencana untuk memperkecil hulu ledak nuklir agar sesuai dengan rudal.

“Jika itu masalahnya, maka tes tersebut layak mendapatkan perhatian dunia internasional untuk memperkuat sanksi terhadap Korea Utara,” kata Easley.

Kabar uji coba rudal tersebut diumumkan hanya sehari sebelum kepala negosiator nuklir dari Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang bertemu di Tokyo untuk mencari cara memecahkan perundingan yang terhenti dengan Korea Utara.

“Pertemuan tersebut untuk fokus pada cara-cara kreatif untuk melibatkan Korea Utara secara diplomatis,” tulis Easley dalam komentar yang dikirim melalui email.

“Tetapi sekarang diperlukan pernyataan trilateral yang menyebutkan sanksi dan kerja sama pertahanan sambil menyerukan Korea Utara untuk menahan diri secara militer, melanjutkan dialog, dan menerima bantuan kemanusiaan untuk meringankan penderitaan rakyatnya,” tambah Easley.

KCNA mengatakan bahwa Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un terlihat tidak menghadiri uji coba rudal jelajah jarak jauh tersebut, dan digantikan oleh Pak Jong Chon, anggota politbiro kuat dari Partai Buruh dan sekretaris komite pusatnya.

Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan, pihaknya terbuka untuk menggunakan saluran diplomatik dalam mencapai denuklirisasi Korea Utara tetapi tidak menunjukkan kesediaan untuk melonggarkan sanksi.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi, juga dijadwalkan mengunjungi Seoul, Korea Selatan pada Selasa 14 September 2021 untuk melakukan pembicaraan dengan rekannya, Chung Eui-yong.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah