Iran dan Arab Saudi Jalin Kembali Hubungan Diplomasi Setelah Perang Dingin selama 6 Tahun

11 Maret 2023, 18:49 WIB
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei /

SEMARANGKU - Iran dan Arab Saudi dikabarkan akan menjalin kembali hubungan diplomasi yang terputus antara kedua negara, setelah insiden Arab Saudi yang mengeksekusi cendekiawan Iran, membuat kedua negara memasuki “perang dingin” selama 6 tahun.

Menurut kantor berita Iran dan Arab Saudi, Iran dan Arab Saudi setuju untuk menjalin hubungan diplomasi kembali, dan membuka kantor kedutaan di masing-masing negara dalam 2 bulan. 

Kesepakatan hubungan diplomatik ini tercapai, selama pembicaraan antara perwakilan dua negara di Beijing, China. 

Kantor berita negara Iran, IRNA memposting gambar dan video sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani dengan penasihat keamanan nasional Arab Saudi, Musaad bin Mohammed al-Aiban, dan Diplomat paling senior China, Wang Yi.

Baca Juga: Tak Kunjung Usai, Berikut Penyebab Kasus Bullying di Korea Selatan Kembali Terjadi

“Setelah penerapan keputusan, Menteri Luar negeri dari kedua negara akan bertemu untuk menyiapkan pertukaran duta besar.” kata televisi nasional Iran.

Dalam rekaman yang ditayangkan media Iran, Wang menyampaikan “ucapan selamat sepenuh hati” atas “kebijaksanaan” dua negara tersebut.

“Kedua sisi (negara) telah menunjukkan ketulusan. China akan sepenuhnya mendukung kesepakatan ini.” ucap Wang.

Kantor Berita Saudi mengkonfirmasi kesepakatan, dan memberitakan pernyataan bersama dari Arab Saudi dan Iran, yang menyatakan dua negara telah setuju untuk menghormati kekuasaan negara masing-masing dan tidak akan mengintervensi masalah internal yang terjadi.

Baca Juga: Israel Serang Jenin Palestina Tewaskan 6 orang dan 11 Terluka

Dalam pernyataan tersebut juga disebutkan, bahwa Riyadh dan Teheran setuju mengaktifkan kembali perjanjian kerjasama keamanan, yang ditandatangani pada tahun 2001

IRNA mengutip ucapan Shamkhani yang menyebut pembicaraan di Beijing dengan “jelas, transparan, komprehensif, dan konstruktif.”

“Menghapus salah pengertian dan membangun kerjasama yang berorientasi masa depan antara Teheran dan Riyadh, pasti akan mengarah pada peningkatan stabilitas dan keamanan regional, serta peningkatan kerja sama antara negara-negara Teluk Persia dan dunia Islam untuk mengelola tantangan saat ini,” kata Shamkhani.

Wang mengatakan China akan terus berperan sebagai pembangun hubungan dalam menangani masalah yang memanas dan menunjukkan tanggung jawab sebagai negara besar.

Sebagai mediator yang “beritikad baik” dan “dapat diandalkan”, China dengan setia memenuhi tugasnya sebagai tuan rumah untuk pembicaraan tersebut.

Ketegangan tinggi telah lama menyelimuti dua negara yang menjadi rival regional ini. 

Saudi memutuskan hubungan diplomasi dengan Iran pada tahun 2016, setelah pengunjuk rasa menyerbu kantor kedutaan Arab Saudi di Teheran.

Arab Saudi sebelumnya telah mengeksekusi seorang cendekiawan Muslim terkemuka Syiah, beberapa hari sebelumnya dan memicu demonstrasi.  

Iran, negara dengan mayoritas Syiah, dan Arab Saudi dengan mayoritas Sunni mendukung sisi yang berlawanan dalam beberapa konflik yang terjadi di wilayah Timur-Tengah.

Selain di perang Yaman, Iran dan Arab Saudi juga berselisih di Lebanon dan Suriah. Peningkatan hubungan antara kedua negara diharapkan dapat memiliki efek positif pada iklim politik di Timur Tengah.***

Editor: Heru Fajar

Tags

Terkini

Terpopuler